Cash conversion cycle (CCC) menjadi sebuah ukuran penting bagi business owner yang menggambarkan seberapa efisien mereka mengelola persediaan, piutang, dan utangnya untuk menghasilkan kas. Lalu, apa itu cash conversion cycle hingga cara menghitungnya? Simak di bawah ini.
Definisi Cash Conversion Cycle
Cash conversion cycle (CCC), yang juga disebut siklus kas, adalah siklus yang mempertimbangkan berapa banyak waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengubah modal kerja menjadi kas. Modal kerja sendiri adalah aset yang digunakan perusahaan untuk operasional sehari-hari, termasuk persediaan (inventory), piutang, dan utang dagang.
Dengan kata lain, CCC mengukur waktu yang dibutuhkan bisnis dalam membayar supplier untuk membeli bahan baku hingga penerimaan pembayaran dari buyer setelah penjualan selesai. Siklus kas yang lebih pendek menunjukkan bahwa perusahaan lebih cepat dalam mengubah modal kerja menjadi kas, yang umumnya mengindikasikan kesehatan keuangan yang lebih baik.
Formula Cash Conversion Cycle
Keterangan:
- DSO (Days Sales Outstanding): Rata-rata waktu yang diperlukan untuk menerima pembayaran setelah penjualan.
- DIO (Days Inventory Outstanding): Rata-rata waktu yang diperlukan untuk menjual inventaris.
- DPO (Days Payable Outstanding): Rata-rata waktu yang diambil untuk membayar supplier.
Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan memiliki DIO sebesar 70 hari, DSO sebesar 30 hari, dan DPO sebesar 45 hari, maka siklus konversi kasnya akan dihitung sebagai berikut:
CCC = 70 + 30 – 45
= 55 hari
Cara Menghitung Cash Conversion Cycle
Keterangan:
- DSO (Days Sales Outstanding): Rata-rata waktu yang diperlukan untuk menerima pembayaran setelah penjualan.
- DIO (Days Inventory Outstanding): Rata-rata waktu yang diperlukan untuk menjual inventaris.
- DPO (Days Payable Outstanding): Rata-rata waktu yang diambil untuk membayar supplier.
Langkah-langkah penghitungan:
1. Hitung Days Sales Outstanding (DSO):
Misalnya:
- Piutang Usaha: Rp500.000.000
- Pendapatan Bersih: Rp6.000.000.000
- Jumlah Hari: 365
2. Hitung Days Inventory Outstanding (DIO):
Misalnya:
- Inventaris: Rp300.000.000
- Harga Pokok Penjualan: Rp4.500.000.000
- Jumlah Hari: 365
3. Hitung Days Payable Outstanding (DPO):
Misalnya:
- Utang Usaha: Rp200.000.000
- Harga Pokok Penjualan: Rp4.500.000.000
- Jumlah Hari: 365
4. Hitung Cash Conversion Cycle (CCC):
CCC = DSO + DIO – DPO
CCC = 30,42 + 24,33 – 16,33 = 38,42 hari
Dari contoh ini, kita bisa lihat bahwa siklus kasnya sekitar 38,42 hari. Artinya, perusahaan butuh sekitar 38,42 hari untuk mengubah uang yang diinvestasikan dalam stok dan piutang menjadi arus kas dari penjualan, setelah membayar supplier.
Cara Meningkatkan CCC Agar Lebih Efektif
Untuk meningkatkan efektivitas siklus kas, kamu bisa berfokus pada salah satu dari tiga komponen utamanya, yaitu meningkatkan DPO (Days Payable Outstanding), mengurangi DSO (Days Sales Outstanding), atau mengurangi DIO (Days Inventory Outstanding). Dengan begitu, kamu bisa mengurangi CCC dan menghindari masalah arus kas yang umum dengan beberapa cara berikut:
1. Mengonversi persediaan menjadi penjualan lebih cepat
2. Mengumpulkan pembayaran dari pelanggan lebih cepat
3. Memperpanjang waktu pembayaran kepada pemasok
Namun, jika kamu sebagai buyer ingin memperpanjang waktu pembayaran kepada supplier, supplier mungkin mengalami dampak negatif pada CCC mereka, seperti peningkatan DSO. Hal ini bisa menyebabkan tekanan arus kas yang menghambat kemampuan supplier untuk memenuhi pesanan tepat waktu.
Menghitung cash conversion cycle (CCC) sendiri bisa secara otomatis dengan menggunakan Paper.id. Cukup klik tombol di sini dan masukkan data yang dibutuhkan untuk kamu mengetahui lancar atau tidaknya cash flow bisnismu.
Tunggu apalagi? Download Paper.id di sini sekarang gratis!