Di bawah kebijakan pasar bebas, barang dan jasa dapat diperdagangkan melintasi perbatasan internasional tanpa banyak batasan. Namun, hal ini bukan berarti Indonesia tidak menghadapi kendala dan tantangan. Kendala tersebut adalah segala sesuatu yang dapat memengaruhi pergerakan barang dan jasa yang diperdagangkan.

Apa saja kesulitan yang dihadapi Indonesia dalam pasar bebas? Bagaimana mengatasi masalah-masalah tersebut? Baca artikel ini untuk mengetahui  informasinya lebih lanjut yaa.

Baca juga: Perdagangan Bebas: Menguntungkan Eksportir dan Importir di Indonesia?

Tantangan di Era Pasar Bebas

Dalam era modern, kebijakan perdagangan bebas biasanya disepakati bersama oleh negara-negara terlibat. Namun, kebijakan perdagangan bebas bisa berarti hanya sedikit atau bahkan tidak ada pembatasan perdagangan, seperti tarif pemerintah, kuota, subsidi, atau larangan.

Jika dilihat dengan sekilas, perdagangan bebas tampak menguntungkan. Namun, jika kita melihatnya lebih dalam, kebijakan ini juga membawa masalah dan tantangan tersendiri bagi negara-negara yang menerapkannya, termasuk Indonesia. Berikut adalah beberapa tantangan yang timbul akibat pasar bebas yang perlu dipahami.

1. Nilai tukar Rupiah yang lemah terhadap Dolar

Melansir  jurnal yang ditulis oleh A. Sakir, Rupiah sekarang telah masuk ke pasar bebas, di mana nilai tukarnya ditentukan oleh kekuatan pasar dunia. Pergerakan Rupiah sangat dipengaruhi oleh faktor global seperti ekonomi, politik, sentimen pasar, dan lain-lain. 

Pemerintah, melalui Bank Indonesia, tidak memiliki wewenang langsung untuk mengatur atau mempengaruhi nilai tukar Rupiah lagi.  Sayangnya, nilai Rupiah yang rendah terhadap Dolar ini berpengaruh pada ketidakstabilan harga barang impor dan ekspor.

2. Infrastruktur yang belum memadai

Tantangan selanjutnya yang dihadapi oleh Indonesia di era perdagangan bebas adalah infrastruktur yang masih kurang baik jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga sehingga mempengaruhi kelancaran arus barang dan jasa. 

Melansir Global Competitiveness Report tahun 2015-2016, Indonesia berada di peringkat 62 dari 140 negara dalam hal infrastruktur. Infrastruktur yang kurang baik dapat menyebabkan tingginya biaya logistik.

3. Industri yang rentan dan rapuh

Menurut data dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 64% industri dalam negeri masih mengandalkan impor bahan baku, bahan penolong, dan peralatan impor dalam proses produksinya.

Oleh karena itu, sebagian besar industri menjadi sangat rentan dan mudah terpengaruh oleh fluktuasi nilai tukar antara Rupiah dan Dolar. Industri-industri ini termasuk manufaktur logam, produk tekstil, otomotif, barang kimia, serta pulp dan kertas.

4. Lonjakan impor

Baru-baru ini, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mengonfirmasi adanya peningkatan impor tekstil dan produk tekstil (TPT) ke Indonesia dengan cara ilegal, yaitu tanpa dokumen resmi. 

Lonjakan impor ini mengancam ekonomi nasional karena para pelaku bisnis dalam negeri harus bersaing dengan produk yang ditawarkan dengan harga lebih murah. Akibatnya banyak pabrik yang terpaksa memutus hubungan kerja dengan karyawannya, atau yang lebih parah mengalami kebangkrutan.

PaperCard

Solusi Menghadapi Tantangan Pasar Bebas

Setelah memahami masalah dan hambatan yang dihadapi Indonesia karena perdagangan bebas, berikut adalah cara atau solusi yang dapat diambil untuk mengatasinya.

1. Meningkatkan infrastruktur 

Indonesia harus memperkuat infrastrukturnya untuk mengurangi dan mencegah tingginya  biaya logistik. Langkah ini bisa diambil dengan bekerja sama antar lembaga pemerintah, merencanakan pembangunan infrastruktur secara cermat, melibatkan masyarakat, dan merawat infrastruktur yang sudah ada.

2. Memperkuat sektor UMKM

Sektor UMKM sangat penting dan tidak boleh diabaikan, karena telah terbukti mampu bertahan dan mendukung perekonomian Indonesia, terutama saat menghadapi krisis ekonomi. 

Untuk memperkuat UMKM sebagai landasan ekonomi negara, pemerintah harus menciptakan lingkungan investasi dalam negeri yang mendukung, agar UMKM bisa menjadi penopang perekonomian nasional.

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)

Pemerintah perlu mempersiapkan SDM yang kompeten untuk bersaing dengan SDM dari negara-negara ASEAN lainnya. Peningkatan kualitas SDM ini diharapkan juga memiliki pemahaman terhadap perkembangan teknologi, sehingga kebutuhan industri  akan SDM yang terampil  dapat  terpenuhi.

Baca juga: Cara UMKM Mengatasi Persaingan Pasar Bebas ASEAN

Itulah pembahasan lengkap tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh Indonesia akibat kebijakan pasar bebas, beserta solusi-solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. 

Untuk bersaing dengan kompetitor baik dalam maupun luar negeri, bisnis perlu memberikan keunggulan yang tidak dimiliki oleh bisnis sejenis, seperti fleksibilitas dalam tempo pembayaran. Untuk melakukannya, kamu bisa menggunakan layanan Paper.id.

Paper adalah platform invoicing online yang tidak hanya bisa membantumu dalam membuat dokumen tagihan pembayaran dengan cepat, tapi juga bisa memberikan fleksibilitas dalam tempo pembayaran ke klien kamu. 

Tidak hanya itu, Paper juga memungkinkan kamu untuk menawarkan berbagai metode pembayaran ke konsumen mulai dari transfer bank, virtual account, marketplace, hingga kartu kredit. 
Nah, tunggu apalagi segera gunakan Paper.id sekarang juga!

Nadiyah Rahmalia