Bisnis itu beresiko. Persentase kesempatan meraih untung dalam berbisnis ternyata jauh lebih kecil dari fakta kerugian yang didapat. Data dari Small Business Administration (SBA) Office of Advocacy mengatakan jika hanya ada sekitar 80% yang bisa bertahan di tahun pertama. Lebih parahnya lagi, di tahun kelima, angka persentase bisnis yang bertahan hanyalah sekitar 45-50% atau setengahnya saja.
Itu artinya, jika ada 10 toko sepatu yang dibuka pada tahun 2010, hanya akan ada 5 yang bisa bertahan hingga ke tahun kelimanya. Angka tersebut bahkan bisa semakin kecil apabila mereka menjual produk yang sama, tidak ada signature produk yang bisa dijadikan ‘mesin jual’.
Hal ini tentunya tidak bagus bagi perkembangan bisnis terutama di Indonesia. Sebab semakin sedikit orang yang berwirausaha, maka itu sama saja membuat masyarakat menjadi konsumtif. Selain itu, semakin banyaknya pengusaha yang gulung tikar akan menyebabkan tingkat pengangguran akan semakin banyak.
Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang membuat banyak bisnis yang tidak ‘sehat’ secara finansial dan produktivitas, Capterra melakukan riset. Software Bisnis asal Amerika Serikat tersebut menggunakan 700 responden yang mana merupakan pebisnis untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang selama ini mereka alami.
Setelah melakukan pengumpulan data, maka bisa disimpulkan jika ada 3 masalah krusial yang membuat pebisnis gagal mempertahankan bisnis yang mereka buat. Apa saja itu?
Kesulitan SDM
Berdasarkan survey yang dilakukan, sekitar 20% pelaku bisnis mengaku jika mereka kesulitan untuk mendapatkan sosok yang tepat untuk dipekerjakan. Dengan kata lain, para pengusaha tersebut gagal menemukan pegawai yang sesuai dengan keinginan mereka. Hal itu tentunya mempengaruhi produktivitas bisnis secara langsung.
Lantas, apa ciri-ciri pegawai yang paling tepat untuk dipekerjakan? Warren Buffet menjelaskan kepada Nebraska Business Magazine jika ada tiga aspek yang perlu dimiliki calon pegawai yakni integritas, energi dan intelejensi.
Masalah belum usai sampai disitu. Para pengusaha juga mengeluhkan jika banyak pegawai ‘terbaik’ mereka yang tidak betah dalam bekerja. Sebab, sekitar 40% diantaranya akan mengajukan surat pengunduran diri (resign) dalam waktu satu tahun kerja. Lebih lanjut, hanya ada kurang dari 20% saja yang setia dan mau bekerja hingga waktu lebih dari lima tahun.
Baca Juga: Cara Membuat Pelanggan Baru Menjadi Pelanggan Setia Bisnis Kamu!
Peningkatan Modal
Bisnis dibuat untuk meraih keuntungan. Tentu di setiap periodenya, seorang pengusaha ingin keuntungan yang didapatkan terus meningkat. Namun untuk meraih cuan yang lebih besar, maka dibutuhkan peningkatan modal yang besar pula.
Contohnya, kamu mendapatkan keuntungan bersih 1 miliar setiap menjual 10 mobil di showroom kepunyaanmu. Jika keuntungan tersebut ingin meningkat dua kali lipat menjadi 2 miliar, maka kamu harus menjual 20 mobil. Untuk memproduksi mobil, dibutuhkan modal yang tidak sedikit pula. Namun, itu adalah resiko yang biasa dipertaruhkan oleh para pebisnis.
Namun, ini terjadi menjadi masalah selanjutnya. Sekitar, 15% pengusaha khawatir jika modal yang mereka keluarkan lebih besar tidak akan membuat profit semakin meningkat pula. Alasan terbesar mereka adalah ketakutan jika produk yang diproduksi dengan lebih banyak tersebut akan tidak laku ketika dijual ke pelanggan mereka.
Baca Juga: 5 Tips Memulai Bisnis Rumahan
Rivalitas yang Kompetitif
Sekitar 16% responden memiliki jawaban lain mengenai masalah krusial yang sering mereka hadapi dalam berbisnis. Responden-responden ini menganggap jika bisnis mereka bisa ‘goyah’ ketika menghadapi rivalitas dengan kompetitor mereka yang semakin kompetitif.
Dalam artian, pesaing mereka menunjukkan perkembangan yang signifikan sehingga membuat pebisnis tersebut takut dalam menghadapi persaingan walaupun itu sebenarnya sehat.
Selain itu, pengusaha mungkin saja melakukan kesalahan dalam menentukan target pasar mereka. Mereka menetapkan standar yang terlalu tinggi dengan rivalnya namun sebenarnya mereka tidak mampu bersaing untuk berada di level yang sama.
Baca juga : Mengenal Keuntungan Aggregator Logistik untuk Bisnis Ecommerce
Contohnya adalah menjual ayam goreng fast food dengan harga setara KFC dan Mc Donald. Di Indonesia, sangat sulit untuk bersaing dengan kedua restoran tersebut sebab nama mereka memang sudah sangat besar. Bersaing dengan mereka merupakan sebuah hal yang sangat sulit. Oleh karena itu, sebenarnya kamu bisa melakukan dengan angle yang sedikit berbeda.
Mungkin, kamu tetap bisa menjual ayam goreng namun dengan harga yang lebih merakyat. Hal itu tentunya akan membuat target pasar menjadi bergeser ke arah ekonomi kalangan bawah dan menengah. Persaingan tersebut lebih masuk akal jika bisnis yang kamu bangun skalanya masih kecil.
Itu dia beberapa masalah krusial yang kerap dialami para pelaku usaha ketika menjalankan bisnis mereka. Poin penting terakhir yang perlu dikhawatirkan adalah pengelolaan bisnis secara manual. Saat ini, semuanya sudah terdigitalisasi menggunakan internet. Mungkin, kamu juga mulai mencari software bisnis untuk memenuhi hal itu semua.
Jika kamu mencari software bisnis gratis dan bisa dipakai selamanya tanpa bayar, kamu bisa klik di bawah ini.
- Kwitansi Pembelian Barang: Pengertian dan Contohnya - Desember 15, 2024
- Procurement: Definisi dan Jenisnya yang Wajib Dipahami Business Owner - Desember 6, 2024
- Promo Double Miles Untuk UNIVERSECARD Diperpanjang, Cek di Sini! - November 20, 2024