White label adalah konsep yang memudahkan pelaku usaha dalam membangun brand. Dengan sistem ini, kamu bisa menjual produk atau layanan yang sudah dibuat oleh perusahaan lain menggunakan merek sendiri. Pelaku usaha yang berkecimpung di bisnis ritel mungkin sudah tidak asing dengan konsep ini. Namun, sebagai informasi, white labeling tidak terbatas pada produk fisik saja.

Saat ini, banyak perusahaan, salah satunya Youtap yang menawarkan layanan white labeling untuk perangkat lunak, seperti Youtap POS White Label dan Youtap Pay. Jika kamu tertarik menjalankan bisnis dengan model ini, yuk, pahami lebih lanjut definisi, jenis, manfaat, dan contohnya di artikel ini. 

Apa yang Dimaksud dengan White Label?

Menurut Kementerian Koperasi dan UKM Indonesia, white label adalah praktik di mana sebuah perusahaan memproduksi produk atau layanan, lalu dibeli oleh entitas bisnis lain (perusahaan atau individu) untuk mereka pasarkan dengan merek sendiri. 

Sebagai ilustrasi, suatu hari kamu ingin membangun brand roti, tetapi kamu tidak memiliki sumber daya untuk produksi. Solusinya, kamu dapat bekerja sama dengan pabrik roti untuk membeli produk jadi mereka, lalu menjualnya ke buyer dengan label bisnismu.

Sekilas, model bisnis ini mirip dengan maklon, tetapi terdapat perbedaan pada keduanya. Dalam maklon, kamu bisa bekerja sama dengan produsen untuk mengembangkan produk dari nol, mulai dari formula, kemasan, hingga branding. Sementara dalam white label, kamu hanya dapat membeli produk yang sudah jadi, lalu menambahkan merekmu sebelum dipasarkan.

Cara Kerja White Label

Selayaknya model business-to-business lain, kamu perlu menjaga hubungan baik dengan partner atau perusahaan yang kamu ajak untuk bekerja sama. Namun sebelum itu, mari pahami bagaimana tahapan atau cara kerja white label business terlebih dahulu.

Pertama, perusahaan manufaktur membuat produk white label seperti makanan, minuman, pakaian, kosmetik, hingga software seperti aplikasi bisnis POS (point of sale). Produk ini belum memiliki nama, logo, atau label tertentu dari produsen.

Setelah produk siap, produsen white label mencari pembeli melalui berbagai saluran pemasaran. Misalnya, jika perusahaan A memproduksi mesin pembayaran EDC, mereka bisa menawarkan produknya kepada pelaku usaha ritel atau merchant seperti Family Mart.

Dalam proses pitching, beberapa produsen white label dapat menawarkan opsi kustomisasi, seperti perubahan warna tampilan pada software atau tambahan bahan pada makanan (misalnya, keju mozarella untuk roti). Selain itu, ada juga produsen yang memberikan diskon untuk pemesanan dalam jumlah besar.

Setelah mencapai kesepakatan harga, klien akan membeli produk atau layanan white label dari produsen. Mereka kemudian dapat menambahkan logo, warna, atau elemen lain yang sesuai dengan identitas merek dalam bisnis. Proses ini bisa dilakukan oleh klien sendiri atau oleh produsen, tergantung pada jenis produk atau layanan yang ditawarkan.

Terakhir, klien dapat menggunakan produk sesuai dengan fungsinya (misalnya, software) atau memasarkan kembali produk yang sudah dilabeli melalui berbagai marketing channel, misalnya di platform e-commerce, atau menjual langsung pada konsumen akhir. 

Baca Juga: Influencer dan Brand Ambassador, Perlukah untuk B2B?

Manfaat dan Kelebihan White Label

Salah satu manfaat utama white label bagi pelaku bisnis adalah menghemat waktu dan biaya produksi, sehingga kamu bisa lebih fokus pada operasional utama bisnis. Berikut keuntungan lain yang akan didapatkan kedua pihak yang menjalankan model bisnis white label:

  • Pengecer, supplier, atau klien dapat meluncurkan atau menggunakan produk dengan cepat, sehingga lebih fleksibel dalam merespons tren pasar terbaru dan beradaptasi dengan perubahan ekonomi.
  • Memangkas sumber daya seperti waktu, biaya, dan tenaga dalam proses pengembangan produk. Jika diproduksi secara massal, perusahaan dapat menekan biaya per unit, sehingga margin keuntungan meningkat.
  • Bagi pengecer, white label akan memudahkan mereka untuk menambah portofolio produk dengan cepat tanpa harus memulai dari awal.
  • Sebagian besar produk white label bersifat generik, sehingga lebih mudah memasuki pasar baru. Selain itu, klien tidak perlu memahami kompleksitas produksi karena semuanya sudah ditangani oleh produsen.
  • Setelah diberi merek oleh klien atau pengecer, daya tarik produk tentu akan meningkat, sehingga lebih mudah diterima pasar.
  • Proses quality control lebih terjamin karena produsen white label umumnya menerapkan standar kualitas tinggi.

Kapan Harus Menjual atau Menggunakan Produk White Label?

Agar bisnis berjalan optimal, penting untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menjual produk white label. Menyadur dari situs investopedia.com, berikut adalah beberapa situasi di mana menjual produk white label bisa menjadi pilihan yang pas untuk dijalani oleh pelaku bisnis:

  • Saat tertarik menjual produk yang sedang tren. White label memudahkanmu merilis produk dengan cepat tanpa harus memulai produksi dari nol. Contohnya, jilbab motif yang mengikuti tren fashion kekinian. 
  • Jika ingin membangun brand secara cepat. Dengan produk label putih, kamu bisa fokus pada pemasaran dan branding tanpa harus memikirkan proses produksi.
  • Ketika hendak memulai bisnis dengan modal kecil. Model bisnis ini tidak memerlukan investasi besar untuk pabrik, tenaga kerja, atau fasilitas produksi.
  • Untuk menghemat biaya operasional dan maintenance. Ini sangat relevan dalam industri perangkat lunak, di mana layanan white label dapat mengurangi kebutuhan infrastruktur dan tim teknis sendiri.
  • Jika ingin menggunakan layanan tanpa harus mengurus kerja sama langsung dengan pihak lain. Misalnya, produk Youtap Pay sudah terhubung dengan acquirer seperti LinkAja, BNI, dan OTTOPAY, sehingga pengguna tidak perlu melakukan integrasi sendiri.

Baca Juga: TikTok vs. Instagram: Mana yang Lebih Baik untuk Brand Awareness?

Jenis-Jenis Produk White Label

Berikut contoh beberapa white label product yang umum dijual oleh berbagai bisnis:

1. Makanan dan minuman

Produk makanan dan minuman white label biasanya berupa bahan baku atau makanan siap konsumsi yang dikemas ulang dengan merek sendiri. Produk ini populer karena banyak bisnis ingin menawarkan makanan khas tanpa harus memiliki dapur produksi sendiri. Contohnya kopi kemasan dan madu organik.

2. Skincare

Industri skincare terus berkembang, dan banyak brand memilih white label untuk menghadirkan produk tanpa harus memformulasikannya dari awal. Kamu ingin mencoba bisnis ini? Mudah, carilah perusahaan manufaktur yang menyediakan berbagai pilihan produk custome sesuai branding bisnismu. Umumnya, jenis skincare yang mudah untuk dijual ke konsumen akhir adalah facial wash, sheet mask, dan face serum

3. Aksesoris

Banyak toko fashion, baik online maupun offline, menjual aksesoris yang berasal dari manufaktur white label. Produk ini biasanya diproduksi dalam jumlah besar dan diberi merek sesuai identitas bisnis. Contohnya seperti ikat rambut atau scrunchies dan perhiasan titanium.

4. Furniture rumah

Pulihnya bisnis hospitality dan pariwisata pasca pandemi Covid-19 membuat bisnis furniture semakin meroket. Terlebih, kini banyak kreator di media sosial yang berbondong-bondong untuk menata ulang ruangan di rumah mereka supaya terlihat aesthetic. Maka, furniture white label menjadi salah satu ide bisnis yang layak untuk kamu coba. Contoh produk yang banyak beredar di pasaran meliputi meja kerja minimalis, meja kerja lipat, meja makan lipat, rak dinding kayu, kursi lipat, dan lampu tidur.

5. Kosmetik

Selain skincare, beberapa brand kecantikan di Indonesia kerap menggunakan white label untuk menjual produk makeup dengan formula yang sudah ada. Misalnya lip tint dan cushion.  

6. Produk elektronik

Beberapa produk elektronik dan aksesori teknologi juga tersedia dalam model white label. Banyak bisnis memanfaatkan ini untuk menjual produk dengan harga kompetitif tanpa harus mengembangkan teknologinya sendiri. Produk yang paling mudah ditemukan ialah earphone, power bank, dan kabel USB. 

7. Aksesoris hewan peliharaan

Tak hanya barang kebutuhan manusia, produk seperti aksesoris hewan pun cukup populer di pasaran. Semakin banyak masyarakat yang memelihara hewan, maka akan semakin tinggi permintaan sang owner dan petshop independen terhadap perlengkapan hewan. Contohnya kalung anjing, tempat makan kucing, dan baju hewan peliharaan.

Mengenal White Label Produk dari Youtap

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, white label tidak hanya mencakup produk fisik, tetapi juga perangkat lunak. Berbeda dari produk fisik, perangkat lunak lebih sensitif karena melibatkan lisensi penggunaan, kode sumber, serta kepatuhan terhadap regulasi teknologi yang lebih ketat. 

Sensitivitas inilah yang sering menimbulkan pertanyaan, apakah perangkat lunak white label legal? Jawabannya adalah legal, selama klien mematuhi aturan dan undang-undang terkait Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), termasuk hak paten yang berlaku. Mari, kenali contoh software white label dari Youtap:

1. Youtap POS White Label

POS White Label
Point of Sale dari Youtap yang dapat disesuaikan dengan identitas merek bisnis (Sumber: Solution.youtap.id)

Youtap POS adalah aplikasi bisnis yang dirancang sebagai solusi bagi para merchant atau pelaku usaha dalam merencanakan, menjalani, dan memantau transaksi jual beli. Perangkat ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai jenis bisnis, seperti F&B (cafe dan restoran), ritel (toko sembako dan minimarket), serta jasa (salon kecantikan dan barbershop).

Kamu dapat mengoperasikan Youtap POS langsung dari tablet pintar berbasis Android atau iOS. Dengan biaya yang terjangkau, aplikasi ini menyediakan berbagai fitur unggulan yang mempermudah operasional bisnis, seperti cetak dan kirim struk, pembuatan dan pemisahan tagihan, laporan transaksi harian, serta belasan fitur lainnya yang mendukung efisiensi bisnis.

Selain versi standarnya, Youtap juga menawarkan Youtap POS White Label, sebuah layanan kustomisasi yang memungkinkan para pelaku bisnis menyesuaikan sistem POS agar selaras dengan brand identity mereka. Dengan fitur ini, kamu dapat mengatur nama dan tampilan sistem sesuai karakter bisnis, termasuk logo, warna, serta beberapa fitur tambahan yang disesuaikan dengan kebutuhan usahamu.

Baca Juga: Influencer Marketing vs Affiliate: Untung Mana untuk Bisnis?

2. Youtap Pay White Label

Youtap Pay
Tampilan Youtap Pay (Sumber: Youtap.id)

Jika sistem POS di bisnismu belum mendukung transaksi pembayaran, maka kamu perlu menggunakan perangkat tambahan seperti Youtap Pay. Melalui perangkat ini, kamu dapat menerima pembayaran non-tunai QRIS, baik melalui CPM (Customer Presented Mode) maupun MPM (Merchant Presented Mode).

Tak hanya memproses pembayaran, Youtap Pay juga dilengkapi dengan riwayat transaksi serta laporan real-time untuk setiap transaksi di bisnismu. Keunggulan Youtap Pay dibandingkan mesin EDC (Electronic Data Capture) konvensional adalah merchant tidak perlu menjadi nasabah bank untuk menggunakannya. Selain itu, Youtap Pay telah terintegrasi dengan berbagai partner pembayaran (acquirer) seperti LinkAja, BNI, OTTOPAY, BCA, Livin, BTN, OVO, ShopeePay, Indodana, dan Kredivo.

Jika salah satu acquirer (misalnya BNI) mengalami gangguan, kamu tidak perlu khawatir. Youtap Pay akan otomatis mengalihkan transaksi ke acquirer lain, sehingga proses pembayaran tetap berjalan lancar. Dengan kata lain, kamu cukup menggunakan Youtap Pay White Label tanpa perlu menyediakan banyak mesin EDC untuk menerima pembayaran dari buyer.

Demikian uraian mengenai white label, mulai dari definisi hingga contoh produknya. Setelah membaca artikel ini, apakah kamu mulai tertarik dengan model bisnis white label? Yuk, buat plan bisnismu sekarang, dan tentukan produk label putih apa yang akan ingin kamu jual atau kamu gunakan.

*Artikel ini hasil kerja sama antara Youtap dan Paper.id

Muhamad Dika Wahyudi