Cash flow adalah satu indikator terpenting untuk menilai kesehatan finansial bisnismu. Semakin lancar aliran uang, maka operasional bisnis bisa berjalan tanpa hambatan dan berbagai peluang untuk tumbuh bisa dimanfaatkan secara optimal.

Namun, memahami cash flow atau arus kas saja belum cukup. Kamu perlu mengetahui cara menghitungnya untuk memberikan gambaran utuh mengenai kondisi keuangan bisnismu, sehingga kamu bisa mengambil keputusan yang tepat.

Menariknya, menghitung cash flow sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan, lho. Dengan beberapa rumus sederhana, kamu bisa mengevaluasi kinerja bisnis secara efektif. 

Yuk, pelajari cara menghitung cash flow lengkap dengan rumusnya di bawah ini!

Rumus Dasar Menghitung Cash Flow

Secara umum, cash flow bisa dihitung dengan menggunakan rumus sederhana berikut:

Cash Flow = Total Kas Masuk – Total Kas Keluar

Namun, untuk perhitungan yang lebih detail, kamu bisa memecahnya berdasarkan jenis cash flow. Berikut penjelasan dan contoh cara menghitungnya:

1. Arus kas operasional (operating cash flow)

Cash flow operasional dihitung dengan menjumlahkan total pemasukan dari aktivitas operasional dan dikurangi dengan total pengeluaran. Rumusnya adalah:

Pendapatan Operasional – Pengeluaran Operasional

Contoh: Jika bisnismu mendapatkan pendapatan operasional sebesar Rp100 juta  dan memiliki total pengeluaran operasional (gaji, listrik, sewa, dll.) sebesar Rp60 juta, maka:

Cash Flow Operasional = Rp100 juta – Rp60 juta = Rp40 juta

Artinya, bisnis memiliki arus kas positif sebesar Rp40 juta dari kegiatan operasional.

Baca juga: Download Contoh Template Cash Flow Excel & Cara Menyusunnya

2. Arus kas bebas (free cash flow)

Free cash flow menunjukkan seberapa banyak kas yang tersisa setelah membayar semua pengeluaran operasional dan investasi. Rumusnya adalah:

Free Cash Flow = Laba bersih + Penyusutan/Amortisasi – Perubahan Modal Kerja – Belanja Modal

Contoh: Katakanlah bisnismu memiliki laba bersih sebesar Rp50 juta, penyusutan/amortisasi Rp0, perubahan modal kerja -Rp10 juta, dan pengeluaran modal sebesar Rp15 juta, maka:

Free Cash Flow = Rp50 juta + Rp0 – (-Rp10 juta) – Rp15 juta = Rp25 juta

3. Arus kas investasi (investment cash flow)

Investment cash flow dihitung dari jumlah total kas yang digunakan untuk investasi (pembelian aset) dan total kas yang diperoleh dari penjualan aset. Rumusnya adalah:

Cash Flow Investasi = Penerimaan Investasi – Pengeluaran Investasi

Contoh: Jika bisnis menjual aset seperti saham sebesar Rp50 juta dan Rp70 juta dari penjualan obligasi. Pada saat bersamaan, kamu juga membeli aset baru seperti properti senilai Rp30 juta, maka:

Cash Flow Investasi = (Rp50 juta + Rp70 juta) – Rp30 juta = Rp90 juta 

Baca juga: Free Cash Flow: Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Contoh Kasus

4. Arus kas pembiayaan (financing cash flow)

Financing cash flow melibatkan aktivitas seperti pinjaman atau penerbitan saham. Untuk menghitung arus kas ini, tambahkan dividen yang dibayarkan ke pembelian kembali utang dan ekuitas, lalu kurangi jumlah total cash inflow dari penerbitan ekuitas atau utang. Rumusnya: 

Financing Cash Flow = Cash Inflow dari Penerbitan Ekuitas atau Utang – (Dividen Dibayar + Pembelian Kembali Utang dan Ekuitas)

Contoh: Jika bisnismu memiliki cash inflow dari penerbitan ekuitas atau utang sebesar Rp150 juta, Rp20 juta dividen dibagikan, dan Rp50 juta pembelian kembali utang dan ekuitas, maka:  

Financing Cash Flow = Rp150 juta – (Rp20 juta + Rp50 juta) = Rp80 juta

5. Arus kas bersih (net cash flow)

Net cash flow adalah selisih antara total kas masuk (cash inflow) dan total kas keluar (cash outflow) dalam periode tertentu. Rumusnya adalah:

Net Cash Flow = Total Cash Inflow – Total Cash Outflow

Contoh: katakanlah bisnismu memiliki total cash inflow sebesar Rp150 juta dan Rp70 juta untuk cash outflow. Maka:

Net Cash Flow = Rp150 juta – Rp70 juta = Rp80 juta

6. Forecasting cash flow

Forecasting cash flow adalah proses memproyeksikan arus kas di masa depan untuk membantu bisnis dalam perencanaan keuangan. Rumusnya adalah:

Forecasting Cash Flow: Kas Awal + Proyeksi Arus Masuk – Proyeksi Arus Keluar

Contohnya: Jika bisnismu memiliki kas awal sebesar Rp30 juta, proyeksi arus masuk untuk 90 hari ke depan adalah Rp30 juta, sementara proyeksi arus keluar untuk 90 hari ke depan adalah Rp4 juta, maka:

Forecasting Cash Flow = Rp30 juta + Rp30 juta  – Rp4 juta = Rp56 juta

Baca juga: Cash Flow dan Free Cash Flow, Apa Sih Perbedaannya?

Nah, demikianlah rumus dan cara menghitung cash flow yang sangat penting untuk bisnismu. Dengan menghitung arus kas, artinya kamu memastikan kesehatan finansial bisnismu, kamu bisa tahu apakah bisnis berada di jalur yang benar atau perlu melakukan penyesuaian.

Untuk memudahkanmu dalam mengelola cash flow, kamu bisa gunakan Paper.id. Sebagai platform invoicing dan pembayaran antar bisnis yang langsung terintegrasi dengan 30+ metode pembayaran, mulai dari transfer bank, kartu kredit, hingga marketplace, memungkinkan kamu bisa mencatat dan memantau cash flow secara real-time.

Yuk, mulai kelola cash flow bisnismu dengan baik dan wujudkan bisnis yang sehat dan stabil dengan cara daftarkan bisnismu di Paper.id. Klik tombol di bawah ini untuk mendaftar!

Muhamad Dika Wahyudi