Dalam dunia bisnis, pemahaman tentang akuntansi perpajakan sangat penting untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi dan mengelola keuangan perusahaan dengan lebih efisien.
Sebagai bagian dari akuntansi, cabang ilmu ini berfokus pada pencatatan, perhitungan, dan pelaporan pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Bagi para pebisnis, memahami akuntansi perpajakan bukan hanya membantu dalam menghitung kewajiban pajak dengan tepat, tetapi juga dalam merancang strategi finansial yang lebih efektif.
Simak penjelasan lengkap mengenai definisi hingga contoh perhitungannya di bawah ini.
Pengertian Akuntansi Perpajakan
Akuntansi perpajakan adalah sebuah aktivitas pencatatan keuangan pada sebuah badan usaha atau lembaga agar mengetahui jumlah pajak yang harus dibayarkan.
Dalam dunia perpajakan, akuntansi sebenarnya bukan istilah yang resmi. Istilah yang lebih tepat sebenarnya adalah pembukuan atau pencatatan.
Karena sistem pajak yang ditetapkan pemerintah saat ini, sebuah lembaga atau badan usaha diharuskan untuk menerapkan sistem akuntansi.
Pada dasarnya, baik akuntansi biasa maupun perpajakan memiliki cara kerja serupa.
Bedanya, jika akuntansi biasa menghasilkan laporan keuangan, akuntansi perpajakan menghasilkan laporan pajak.
Nah, sebelum beranjak lebih jauh, kamu perlu tahu bahwa di Paper.id, ada fitur akuntansi sederhana yang sangat cocok untuk pebisnis pemula.
pencatatan keuangannya otomatis dan langsung terhubung dengan invoice digital, sehingga sangat praktis. Kamu bisa langsung melihat neraca dan laporan penting lainnya tanpa perlu olah data lagi secara manual. Yuk, pelajari selengkapnya tentang fitur akuntansi Paper.id!
Pastikan juga kamu registrasi ke Paper.id ya agar bisa menikmati semua fiturnya dengan lengkap.
Baca Juga: Jenis Pajak Bisnis, Pahami Bedanya agar Tidak Rugi!
Fungsi Akuntansi Perpajakan
Jika dilihat secara teknis, akuntansi perpajakan berfungsi untuk mengetahui besaran pajak yang harus dibayar wajib pajak.
Selain itu, cabang akuntansi ini juga memiliki fungsi lain yang tidak kalah penting seperti di bawah ini:
1. Pencatatan dan pelaporan pajak
Akuntansi perpajakan mencatat dan melaporkan informasi keuangan yang relevan untuk memenuhi kewajiban perpajakan.
Hal ini termasuk mencatat pendapatan, pengeluaran, aset, kewajiban, dan transaksi bisnis lainnya yang berkaitan dengan pajak.
Data ini digunakan untuk menyusun laporan pajak, seperti Surat Pemberitahuan Pajak (SPT), dan memenuhi persyaratan pelaporan perpajakan yang berlaku.
1. Kepatuhan pajak
Fungsi akuntansi perpajakan adalah memastikan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan yang berlaku.
Hal ini mencakup memastikan pembayaran pajak yang tepat waktu, pemenuhan kewajiban pelaporan, dan penggunaan metode akuntansi yang sesuai dengan peraturan perpajakan.
2. Perencanaan pajak
Akuntansi perpajakan berperan dalam perencanaan strategis untuk mengelola kewajiban perpajakan dengan cara yang efisien.
Melalui analisis dan perencanaan yang cermat, akuntan perpajakan dapat membantu perusahaan mengoptimalkan manfaat pajak yang diperoleh, memanfaatkan insentif perpajakan yang tersedia, dan mengurangi dampak pajak yang tidak perlu.
3. Audit dan konsultasi pajak
Fungsi akuntansi perpajakan juga melibatkan audit perpajakan dan konsultasi pajak.
Audit perpajakan dilakukan untuk memastikan kepatuhan terhadap aturan perpajakan dan mengidentifikasi potensi risiko atau masalah perpajakan.
Sementara itu, konsultasi pajak memberikan saran kepada perusahaan dalam hal perencanaan pajak, pemenuhan kewajiban perpajakan, dan pemecahan masalah perpajakan yang kompleks.
4. Analisis dan pengambilan keputusan
Akuntansi perpajakan menyediakan informasi yang penting bagi manajemen dalam proses pengambilan keputusan.
Analisis pajak dapat membantu mengidentifikasi dampak perpajakan dari keputusan bisnis tertentu, memperkirakan beban pajak di masa depan, dan mengevaluasi efisiensi perpajakan dari strategi bisnis yang diusulkan.
Mengingat pentingnya fungsi-fungsi tersebut, maka setiap pengolahan data dan pencatatan keuangan harus dilakukan secara detail dan rinci.
Tujuannya agar hasil yang diperoleh sesuai dengan kenyataan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Di dalam akuntansi perpajakan, ada juga yang disebut dengan pembukuan dan pencatatan.
Baca Juga: Mengenal Pajak Usaha Mikro di Indonesia Bagi Bisnis Kecil UMKM
Prinsip Akuntansi Perpajakan
Agar perusahaan tidak melakukan kesalahan dalam proses penghitungan pajak, ada baiknya memahami prinsip-prinsip penting dalam akuntansi perpajakan. Contohnya seperti yang dijelaskan berikut ini:
1. Kepatuhan terhadap peraturan perpajakan
Prinsip utama dalam akuntansi perpajakan adalah mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku.
Hal ini mencakup pemahaman dan kepatuhan terhadap undang-undang, peraturan, dan ketentuan perpajakan yang dikeluarkan oleh otoritas perpajakan di negara yang bersangkutan.
2. Konsistensi
Konsistensi mengharuskan perusahaan menggunakan metode akuntansi yang konsisten dalam melaporkan informasi perpajakan dari tahun ke tahun.
Hal ini penting agar informasi dapat dibandingkan dan dianalisis secara akurat.
3. Kewajaran
Kewajaran menuntut agar penilaian dan pengakuan pajak didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan dan objektivitas. Pajak yang dibayar oleh perusahaan harus wajar dan adil sesuai dengan keadaan sebenarnya.
4. Kepastian
Dalam akuntansi perpajakan prinsip kepastian mengharuskan perusahaan untuk memperhitungkan dan melaporkan kewajiban perpajakan secara tepat dan akurat.
Informasi perpajakan harus dapat dipertanggungjawabkan dan dapat diverifikasi oleh pihak lain.
5. Keberlanjutan
Keberlanjutan menekankan perlunya mempertahankan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan dalam jangka panjang.
Perusahaan harus memastikan bahwa sistem akuntansi perpajakan mereka dapat berjalan secara berkelanjutan dan mampu menghadapi perubahan peraturan perpajakan yang mungkin terjadi di masa depan.
6. Transparansi
Transparansi menuntut adanya keterbukaan dan kejelasan dalam pelaporan perpajakan.
Informasi perpajakan harus disusun dan dilaporkan secara jelas, terperinci, dan mudah dipahami oleh pihak yang berkepentingan.
7. Pemisahan dan identifikasi
Prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk memisahkan dan mengidentifikasi informasi perpajakan secara terpisah dari informasi keuangan lainnya.
Hal ini membantu memastikan bahwa informasi perpajakan dapat diakses dan dikelola dengan efisien.
Baca Juga: 6 Langkah Mudah Membuat Laporan Pajak Tahunan Bagi Bisnis
Contoh Perhitungan Akuntansi Perpajakan
Banyak variabel yang harus dilengkapi sebelum menghitung besaran pajak yang harus dibayarkan. Misalnya, untuk menghitung pajak terutang, maka harus diketahui dulu berapa jumlah setoran pajak penghasilan (PPh) karyawan.
Lalu, pahami juga berapa penghasilan kena pajak (PKP), dan berapa jumlah wajib pajaknya.
Untuk menghitung pajak terutang, kamu bisa menggunakan rumus berikut ini:
25% x PKP = PPh badan
PPh Badan – PPh – PPh Pasal 23 = utang pajak
Agar lebih memudahkan penerapan rumus tersebut, berikut ini contoh kasus yang bisa kamu pelajari:
PT Abadi memiliki penghasilan kotor sekitar 70 miliar, dengan PPh sekitar 2 miliar, PPh Pasal 23 sebesar 1 miliar, dan pengeluaran sebanyak 42 miliar. Untuk mengetahui berapa PKP perusahaan, kurangi penghasilan kotor dengan pengeluaran.
Berdasarkan rumus tersebut berarti PKP PT Berkah: 70 miliar – 42 miliar = 28 miliar.
Jadi pajak terutang PT Berkah adalah:
25% x 28 miliar = 7 miliar
7 miliar –2 miliar – 1 miliar = 4 miliar.
Contoh perhitungan di atas hanyalah gambaran umum sistem akuntansi untuk menghitung utang pajak. Menghitung pajak secara manual memang menyulitkan.
Apalagi jika jumlah wajib pajak yang harus dihitung cukup banyak.
Nah, itulah dia pembahasan tentang akuntansi perpajakan, yang paling tidak dasarnya perlu dipahami oleh bisnis. Semoga membantu, ya!
- Standar Akuntansi Keuangan yang Diterapkan di Indonesia, Seperti Apa? - Februari 21, 2025
- Event: #PebisnisCerdas Meetup – Trik Mudah Kelola Keuangan Bisnis Tanpa Takut Pajak - Februari 21, 2025
- 5 Rekomendasi Inventory Management Software agar Bisnis Makin Optimal - Februari 21, 2025