SEA (South East Asia) atau Asia Tenggara diproyeksikan mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan pada 2025. Asia Development Bank (ADB) dari Antara memperkirakan Asia Tenggara akan tumbuh sebesar 4,7% pada tahun 2025, meningkat 4,1% pada tahun 2023 lalu.
Pertanyaannya adalah, apakah setiap pebisnis di Asia Tenggara siap menghadapi pertumbuhan ekonomi tersebut? Termasuk untuk aktivitas ekspor dan impor antar negara dengan segala tantangannya seperti kebijakan tarif/biaya, fluktuasi, dan lain sebagainya.
Selain itu, apakah tren ekspor dan impor di Asia Tenggara akan membuka jalan peluang yang lebih elit, atau justru menjadi rintangan yang makin sulit bagi pelaku bisnis? Yuk, simak pembahasan selengkapnya di bawah!
Pertumbuhan Ekonomi ASEAN-6
ASEAN-6, merujuk pada enam negara anggota pendiri Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam—diproyeksikan mencatat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata global.
Menurut UOB, pertumbuhan global pada 2025 diperkirakan sebesar 3,2%, sementara ASEAN-6 diprediksi tumbuh sebesar 4,7%. Vietnam dan Filipina diproyeksikan menjadi yang terdepan dengan pertumbuhan masing-masing 6,6% dan 6,5%.
Sementara itu, Indonesia menempati posisi ketiga dengan 5,3%, di atas Malaysia dengan perkiraan 4,7%, Thailand dengan proyeksi 2,9%, dan Singapura dengan pertumbuhan hingga 2,5%.
Kendati demikian, meski pertumbuhan tersebut terdengar menjanjikan, lantas bagaimana dinamika perdagangan termasuk untuk aktivitas ekspor dan impor? Dinamika perdagangan di Asia Tenggara tetap penuh tantangan, salah satunya kebijakan tarif dari ketegangan hubungan dagang antara AS dan China.
Dinamika Perdagangan Ekspor dan Impor di ASEAN
Salah satu sektor yang terus menjadi penopang ekspor di kawasan ini adalah komoditas. Indonesia, misalnya, dikenal sebagai eksportir utama batu bara, minyak sawit, dan nikel. Namun, adanya tuntutan global untuk transisi energi hijau dapat mengubah lanskap perdagangan komoditas tradisional ini.
Sementara itu, Vietnam dan Thailand terus meningkatkan daya saingnya dalam sektor manufaktur dan elektronik. Kedua negara ini bahkan menjadi destinasi utama untuk relokasi pabrik akibat perang dagang antara AS dan China.
Namun, tidak semua negara di ASEAN mampu mengatasi dampak dari perubahan kebijakan global dengan cepat. Kebijakan tarif impor yang ketat dan tantangan logistik akibat ketergantungan pada jalur laut masih menjadi hambatan utama bagi perdagangan di Asia Tenggara.
Baca Juga: Tren Pembayaran Global di Asia Tenggara, Makin Digital?
Peluang untuk Bisnis
Di tengah tantangan di atas, ada sejumlah peluang yang dapat dimanfaatkan pelaku bisnis:
1. Diversifikasi pasar
Negara-negara ASEAN bisa meningkatkan kerja sama perdagangan regional melalui mekanisme seperti Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang memungkinkan tarif yang lebih rendah dan mendorong integrasi ekonomi di kawasan.
2. Digitalisasi proses perdagangan
Platform digital kini semakin memainkan peran penting dalam perdagangan ekspor-impor. Misalnya, e-commerce lintas negara seperti Lazada dan Shopee memungkinkan UKM di ASEAN menjangkau pasar internasional dengan lebih mudah.
Selain itu, metode pembayaran juga menjadi elemen penting dalam mendukung kelancaran transaksi lintas negara. Bisnis perlu mengadopsi solusi pembayaran yang aman, cepat, dan mendukung berbagai mata uang untuk mempermudah proses perdagangan.
Dalam konteks ini, Paper.id hadir sebagai platform digital yang menawarkan solusi lengkap untuk mendukung aktivitas ekspor dan impor, terutama dalam hal pembayaran dan pengelolaan keuangan.
Dengan fitur PaperPay In dan PaperPay Out, pelaku usaha dapat memanfaatkan berbagai metode pembayaran termasuk untuk tagih atau terima pembayaran dari buyer dan pembayaran kepada supplier.
Keunggulan Paper.id tidak hanya pada fitur pembayaran, tetapi juga pada kemampuannya untuk menyederhanakan proses invoicing, pencatatan keuangan, dan monitoring cash flow dalam satu platform.
Yuk, daftarkan bisnismu di Paper.id sekarang juga dengan cara klik tombol di bawah ini!
3. Investasi pada energi terbarukan
Melihat pergeseran global menuju energi hijau, bisnis di Asia Tenggara perlu beradaptasi dengan peluang baru di sektor ini. Filipina dan Vietnam, misalnya, telah berinvestasi besar-besaran dalam proyek energi terbarukan.
Baca Juga: 5 Aplikasi Transfer Uang ke Luar Negeri di Indonesia, Alternatif Western Union!
Masa Depan Aktivitas Ekspor Impor di Asia Tenggara
Meski tantangan perdagangan internasional termasuk untuk kegiatan ekspor dan impor di Asia Tenggara tetap ada, pertumbuhan ekonomi yang stabil dan diperkirakan terus meningkatkan harusnya memberikan rasa optimisme bagi pelaku bisnis.
Bahkan, inilah waktu yang tepat untuk mempersiapkan diri dengan strategi bisnis yang adaptif, memanfaatkan peluang digital, dan menjalin kolaborasi dengan mitra strategis di kawasan ini.
Pada kesimpulannya, Asia Tenggara memiliki potensi besar untuk terus berkembang sebagai pusat perdagangan global pada 2025.
Namun, untuk menjadikan tren ekspor dan impor sebagai peluang yang elit daripada tantangan yang sulit, pelaku bisnis perlu siap menghadapi perubahan global dengan strategi yang matang.
- Tren Ekspor dan Impor SEA 2025, Makin Elit atau Sulit untuk Bisnis? - Januari 23, 2025
- Cross Border Payment, Pembayaran Lintas Negara yang Sering Dibutuhkan Bisnis - Januari 20, 2025
- 5 Aplikasi Transfer Uang ke Luar Negeri di Indonesia, Alternatif Western Union! - Januari 16, 2025