Forbes kembali merilis orang-orang terkaya di seluruh dunia. Khusus di wilayah Indonesia, Hartono Bersaudara masih berada di puncak dengan total aset mencapai 35 miliar dollar Amerika Serikat. Hampir 70% dari seluruh aset milik keduanya didapatkan dari BCA, sedangkan sisanya dari kepemilikan perusahaan rokok dll. Anak-anak dari Oei Wie Gwan unggul jauh dari Susilo Wonowidjodjo yang memiliki kekayaan 9.2 miliar dollar.
Eksistensi dari gurita bisnis Hartono Bersaudara memang tidak dapat dipungkiri. Keduanya menguasai sebagian besar di lini bisnis perbankan. Di tahun 2018, keduanya total telah mencatatkan diri sebagai orang terkaya di Indonesia selama 10 tahun berturut-turut. Jika digabung, aset kekayaan keduanya bahkan jauh lebih besar dari anggaran pendidikan yang dikeluarkan pemerintah sepanjang tahun ini, yakni 34.1 miliar dollar.
Kesuksesan yang diraih oleh mereka berdua tidak terlepas dari peran sang ayah yang bernama Oei Wie Gwan. Sejak tahun 1950-an, keluarga keturunan China tersebut memang telah berperan besar terhadap perkembangan bisnis di tanah air. Siapa sangka, sumber kekayaan mereka berdua berawal dari keputusan sang ayah yang membuka bisnis mercon atau petasan?
Baca juga : Cara Mudah Beli e-Meterai Untuk Bisnis Beserta Link-Nya
Usaha Mercon Leo
Sejak jaman dulu, stereotip berbisnis memang telah melekat kepada para keturunan China yang berada di Indonesia. Berdasarkan fakta itulah, Oei Wie Gwan, ayah dari Hartono Bersaudara, memulai petualangannya sebagai seorang pengusaha dengan menjual mercon atau petasan. Dengan menggunakan brand bermerk ‘Leo’, mercon tersebut terkenal seantero Pulau Jawa yang telah dimulai sejak tahun 1930-an.
Sayangnya, usaha mercon tersebut tidak berlangsung lancar. Di suatu malam, petasan tersebut meledak sehingga menghancurkan usaha yang telah dibangun belasan tahun. Lebih lanjut, Oei juga harus menanggung beban atas meninggalnya beberapa pegawainya akibat insiden ‘ketidaksengajaan’ tersebut. Semenjak kejadian itu, ‘Leo’ berhenti berproduksi dan menghilang dari pasar.
Tak patah arang, Oei pun memulai usaha barunya beberapa saat berselang. Di tahun 1951, ia membeli sebuah perusahaan rokok kretek kecil di daerah Kudus, Jawa Tengah. Kemudian, ia mengubah namanya menjadi PT. Djarum Gramophon yang bermula dengan memiliki 10 orang pegawai. Semakin lama, perusahaan tersebut berkembang pesat dan masih berdiri hingga saat ini.
Dimulainya Gurita Bisnis Hartono Bersaudara
Pada tahun 1963, kejadian buruk kembali menimpa bisnis yang dimiliki oleh Oei. PT. Djarum Gramophon habis terbakar dan hampir saja melululantahkan seluruh isi bangunan. Beruntung, perusahaan rokok kretek tersebut masih bisa diselamatkan. Akan tetapi, tidak lama berselang, Oei harus tutup usia dan tongkat estafet bisnis pun jatuh ke tangan Robert dan Bambang Hartono, kedua anaknya yang telah dewasa.
Di tangan kedua anaknya, PT. Djarum pun berkembang semakin pesat lantaran mulai menggunakan teknologi untuk meningkatkan jumlah produksi rokok kretek. Di pertengahan tahun 1970-an, perusahaan rokok tersebut pun semakin melebar ekspansi bisnisnya ke seluruh Indonesia. Perlahan tapi pasti, keduanya juga berhasil merenggut pasar dunia yang membuat nama rokok tersebut diperhitungkan.
Meningkatnya produksi dari rokok kretek pun membuat keduanya semakin dikenal di Kudus, lebih luasnya Jawa Tengah. Hingga pada akhirnya, Hartono Bersaudara dicap sebagai orang terkaya di kota tersebut. Untuk semakin menancapkan namanya di dunia bisnis, Robert dan Bambang pun mulai mengembangkan usahanya ke ranah Perbankan dengan membeli BCA di masa orde baru.
Baca juga : 4 Alasan Kenapa Kartu Kredit Penting Untuk Memperlancar Arus Kas Bisnis
Bermain di Dunia Perbankan
Selang beberapa lama semenjak krisis moneter, gurita bisnis Hartono Bersaudara pun mulai ‘berkembang biak’. Keduanya memilih untuk membeli saham dari Bank Central Asia (BCA) yang pada saat itu dalam kondisi yang tengah terpuruk. Bahkan, saat itu, Pemerintah sempat mengambil alih bank tersebut dan kemudian menjualnya kembali setelah dinyatakan ‘sehat’ dan tidak memiliki masalah lagi.
Awal mula krisis yang dialami oleh BCA terjadi pada Mei 1998. Krisis moneter yang menimpa Indonesia menimpa bank yang sebelumnya dipimpin oleh Sudono Salim. Singkatnya, Hartono Bersaudara pun membeli sahamnya. Semenjak saat itu, kedua pria asal Kudus itu pun semakin dikenal lantaran mampu bernegosiasi untuk mengembangkan bisnis ke tahap yang lebih tinggi.
Bisnis Sampingan Hartono Bersaudara
Menurut Forbes, 70% dari total kekayaan yang dimiliki oleh Hartono Bersaudara berasal dari BCA. Akan tetapi, keduanya memiliki bisnis sampingan lain yang mempunyai profit cukup besar. Setidaknya, ada tiga bisnis sampingan potensial yang mereka miliki. Diversifikasi bisnis yang pertama adalah PT. Hartono Plantation Indonesia (HPI) yang terletak di Kalimantan. Bisnis ini berfokus kepada pengadaan kelapa sawit.
Termasuk ke dalam Djarum Group, HPI telah berdiri sejak tahun 2008. Targetnya, mereka ingin memiliki lahan seluas 50 ribu hektar untuk penanaman Kelapa Sawit. Masih terletak di Kalimantan, Hartono Bersaudara juga memiliki Hutan Tanaman Industri di bidang kayu. Lahan lebih dari 20 ribu hektar di Kalimantan Timur juga telah mereka kelola. Ke depannya, target untuk pengembangan bisnis tersebut juga akan semakin besar.
Di bidang elektronik, Hartono Bersaudara memiliki Polytron yang fokus terhadap TV LED dan LCD. Selain itu, perusahaan tersebut juga merilis beberapa produk lainnya, seperti kulkas, AC, bahkan hingga smartphone. Hingga saat ini, mereka harus bersaing dengan produk ternama lainnya yang lebih terkenal asal Korea Selatan, China bahkan juga Jepang.
Mengikuti perkembangan teknologi, keduanya juga menciptakan ecommerce yang menjual produk-produk kebutuhan sehari-hari. Belum lagi, PT. Djarum juga membawahi beberapa media-media di tanah air sekaligus menjadi investor utama dalam segi pendanaan. Besarnya gurita bisnis Hartono Bersaudara tersebut memang membuat mereka pantas berada di puncak daftar orang terkaya di Indonesia.
Hobi Dan Prestasi
Tak melulu menyoal tentang bisnis, sisi lain kehidupan dari Robert dan Bambang Hartono pun mencuri perhatian. Siapa sangka, jika kedua pria yang telah berusia di atas 75 tahun tersebut memberikan sumbangsih besar di dalam dunia olahraga Indonesia. Keduanya memiliki hobi yang berbeda namun sukses untuk merealisasikan mimpi-mimpi tersebut ke tahap yang lebih tinggi.
Sang kakak misalnya, Michael Bambang Hartono berhasil mendapatkan medali perak di ajang Asian Games 2018 di cabang bridge. Lebih dari itu, Bambang juga yang berjasa untuk menyebarkan olahraga pikiran tersebut ke seluruh penjuru Indonesia. Bahkan, ia berhasil meraih medali perak ketika usianya sudah tidak muda lagi yakni 79 tahun. Namun, semangatnya dalam dunia olahraga masih cukup membara.
Berbeda dengan Bambang, Robert Budi Hartono lebih menyukai bulutangkis. Secara penghargaan, ia memang tidak lebih baik dibandingkan dengan sang kakak. Tetapi, ia merupakan salah satu pencetus Beasiswa Djarum yang selama ini berhasil menghasilkan banyak pebulutangkis handal di Indonesia. Salah satu jebolan yang saat ini terkenal adalah Kevin Sanjaya Sukamulyo.
Artikel Inspiratif…
Stan Lee, Pionir Dibalik Industri Bisnis Film Marvel Comics
George Bush, Gurita Bisnis Eks Presiden Amerika Serikat
- Kwitansi Pembelian Barang: Pengertian dan Contohnya - Desember 15, 2024
- Procurement: Definisi dan Jenisnya yang Wajib Dipahami Business Owner - Desember 6, 2024
- Promo Double Miles Untuk UNIVERSECARD Diperpanjang, Cek di Sini! - November 20, 2024