Dalam Interview with the Expert edisi kedua, kami berkesempatan untuk mewawancarai Coach Faransyah Jaya. Beliau merupakan Founder dari Wiranesia Foundation serta Coach Faran Academy (CFA) yang berfokus pada pengembangan UMKM di Indonesia.
Meski telah berkembang pesat, UMKM di Indonesia masih membutuhkan pelatihan agar mereka bisa berkembang menjadi individu dengan daya saing yang tinggi. Apalagi, keadaan pasar global yang berubah dengan cepat menuntut siapa saja harus dinamis.
Salah satu kuncinya adalah dengan mengadopsi teknologi dalam pengelolaan bisnis UMKM agar tercipta sistem kerja yang lebih ringkas, presisi dan rapi. Sayangnya, pencapaiannya masih jauh dari kata memuaskan.
Karena itu, kami telah berbincang-bincang dengan Coach Faran mengenai permasalahan apa yang dialami oleh UMKM Indonesia, pandangannya soal sulitnya penggunaan teknologi serta harapannya mengenai UMKM Indonesia. Berikut hasil wawancara kami dengan beliau.
Bisa Anda ceritakan mengenai Wiranesia Foundation serta bagaimana Anda membina?
Banyak orang menganggap Wiranesia sebagai sebuah komunitas, nyatanya tidak. Wiranesia Foundation adalah sebuah Yayasan atau fondasi dengan program-program yang berhubungan dengan UMKM, seperti Wiranesia Inkubator (Program untuk pengembangan UMKM) dan ada Wiranesia Care – Program untuk membantu UMKM selama wabah COVID-19 berlangsung.
Baca juga: Wawancara Coach Tom MC Ifle – Upaya pengusaha untuk bertahan dan bangkit di tengah pandemi COVID-19
Kita berfokus dalam mengembangkan UMKM. Siapa sajakah yang termasuk UMKM? Dalam hal ini, kita klasifikasikan UMKM kedalam 2 jenis, UMKM pemula dan UMKM naik kelas. UMKM pemula merupakan pelaku UMKM yang masih baru sedangkan yang naik kelas adalah mereka yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia usaha UMKM.
UMKM sendiri tidak hanya terfokus kepada unit usaha kecil atau menengah saja karena ada beberapa unit usaha lainnya yang masuk. Karena itu, kami golongkan UMKM kedalam beberapa bagian seperti:
- Ultra Mikro
- Mikro
- Kecil
- Menengah
Pelatihan apa saja yang Anda berikan kepada UMKM agar mereka bisa berkembang?
Dalam Wiranesia, kami menerapkan 4 pokok pelatihan bagi para peserta seperti:
- Basic entrepreneurship, hal ini berkaitan dengan hal-hal mendasar apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha UMKM untuk dapat berkembang.
- Business plan sederhana, para pelaku UMKM diajak agar dapat membuat business plan sederhana mengenai visi dan misi, rincian perhitungan modal, produksi, serta proyeksi pelanggan dan keuntungan yang akan didapatkan.
- Kreativitas, setiap pelaku UMKM harus kreatif dalam membuat produk. Tentunya, hal ini dapat membuat mereka lebih unik dari yang lain. Sebagai contoh, mereka bisa membuat produk mereka lebih unik dengan penamaan atau pengemasan yang berbeda.
- Teknologi menjadi sebuah sarana pendukung kinerja UMKM. Lewat teknologi, mereka bisa mempromosikan, belajar, dan juga sebagainya. Karena itu, kami tekankan betapa pentingnya teknologi bagi UMKM untuk mendukung kinerja mereka.
Dalam visi misi Wiranesia, Anda menggunakan pendekatan pentahelix berbasis sosial dan teknologi? Apa maksudnya dan bagaimana penerapannya di Indonesia?
Wiranesia menggunakan pendekatan Pentahelix yang menggabungkan 5 unsur yakni, pemerintah, swasta, institusi Pendidikan, komunitas, dan media. Setiap unsur saling berhubungan guna mendukung tumbuh kembang UMKM di Indonesia.
Sebagai contoh, pemerintah menerbitkan regulasi mengenai dukungan kepada UMKM. Tentunya, hal itu tidak berhenti di pemerintah saja. Setiap pihak perlu membantu. Media sebagai penyedia berita bisa membagikan regulasi tersebut berupa informasi yang mudah dibaca dan dipahami oleh masyarakat.
Baca juga: Peluang bisnis yang akan muncul selepas wabah COVID-19 pergi
Institusi Pendidikan, swasta dan komunitas juga berperan penting. Komunitas sebagai wadah berkumpulnya orang-orang tentu dapat menjadi penyambung informasi dari pemerintah. Institusi Pendidikan dan swasta juga bisa menyediakan wadah pelatihan UMKM baik dalam bentuk seminar maupun kelas-kelas pelatihan agar dapat mewujudkan UMKM yang lebih maju.
Menurut data Kominfo, data pengguna UMKM masih sangat sedikit. Meski sudah ada sekitar 6 juta lebih yang go-digital, masih ada sekitar 50 juta lebih UMKM yang tidak menggunakannya. Menurut bapak, kenapa hal ini bisa terjadi?
Untuk saat ini, kami melihat bahwa para pelaku UMKM cenderung tidak ingin menggunakan teknologi karena ribet. Padahal, mereka yang menggunakan Whatsapp sebagai media promosi atau komunikasi dengan pelanggan juga sudah bisa dikategorikan menggunakan teknologi dalam bisnis mereka.
Tentunya, hal ini membutuhkan bimbingan agar mereka terbiasa dalam melakukan hal tersebut. Sebagai contoh, kami membimbing mereka dalam membuat copywriting yang menarik saat berjualan lewat Whatsapp. Dengan begitu, mereka bisa terbiasa dalam membuat kata-kata yang menarik konsumen agar tertarik membeli barang mereka.
Menurut saya, iming-iming akan keuntungan bisa menjadi salah satu tips khusus yang bisa diterapkan agar pelaku UMKM mau menggunakan teknologi. Saya selalu mengiming-imingi mereka seperti, jika pake ini maka keuntungan bisa bertambah banyak dan bisa buat beli rumah. Tentunya, hal ini menjadi cara tepat agar mereka mau mengadopsi teknologi dalam bisnis mereka.
Apa dampak COVID-19 yang menimpa UMKM saat ini dan bagaimana peran Anda dalam membantu mereka?
Wabah COVID-19 jelas memberikan dampak yang besar terhadap aktivitas usaha UMKM. Mereka harus menghadapi penurunan keuntungan. Di sisi lain, wabah ini juga bisa bersifat bless in disguise karena, mau tidak mau mereka harus menggunakan teknologi untuk berjualan.
Saya berupaya untuk mendorong para pelaku usaha untuk menggunakan Whatsapp untuk berjualan. Dengan begitu, mereka tentunya dapat tetap berjualan meskipun tidak langsung bertatap muka saat beraktivitas.
Selain itu, saya juga dapat memberikan pelatihan lebih mudah melalui media Zoom. Orang-orang yang sebelumnya tidak kenal dengan Zoom bisa menggunakan Zoom agar mereka mendapatkan pelatihan. Bukan hanya saya saja tapi juga para mentor CFA lainnya.
Saya juga melihat Coach Faran Academy juga memiliki banyak coach, terutama coach yang difabel. Apakah kedepannya, Anda akan mengembangkannya dengan merekrut lebih banyak orang lagi sebagai mentor?
Tentu saja. Saya akan merekrut lebih banyak orang lagi sebagai mentor agar dapat membimbing lebih banyak orang lagi yang berada di daerah. Dengan begitu, kegiatan pelatihan bisa berjalan lancar tanpa terhalang oleh budget dan jarak, karena masalah ini selalu menghambat kegiatan saya.
Saya merekrut coach yang difabel sebagai mentor agar dapat menjangkau para pelaku usaha yang difabel. Sebagai info, beliau merupakan salah satu orang yang bersemangat saat mengikuti pelatihan sehingga usahanya berjalan lancar. Dengan begitu, dia juga menjadi mentor yang membantu banyak orang.
Dalam pemilihan coach, saya juga berusaha memberikan pelatihan serta sertifikat agar mereka siap menjadi coach yang ahli agar dapat membantu banyak orang.
Kini, teknologi tidak dipungkiri menjadi sebuah hal penting dalam semua aspek kehidupan, termasuk usaha. Bahkan, muncul ungkapan “Go Digital or Go Home”. Bagaimana tanggapan Anda mengenai hal itu?
Menurut saya, bukan lagi Go Digital or Go Home, melainkan Go Digital or Go Die, karena tanpa teknologi, sulit bagi UMKM untuk berkembang. Karena itu, saya juga berusaha untuk menerapkan pelatihan dalam menggunakan teknologi.
Dalam hal ini, banyak rencana kedepannya. Langkah-langkah yang saya lakukan adalah, memberikan edukasi mengenai aplikasi apa saja yang perlu dimiliki oleh pelaku UMKM agar mereka dapat menjalankan usaha dengan lancar.
Selain itu, para pelaku usaha juga bisa menggunakan teknolog tersebut dengan baik sehingga, perlu adanya bantuan dari pihak lain. Contohnya, kerjasama dengan pihak distributor gadget agar dapat memberikan gadget khusus dengan harga terjangkau atau cicilan yang terjangkau bagi pelaku UMKM agar mereka bisa memiliki gadget canggih dengan aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan.
Apa rencana Anda kedepannya?
Tentunya, masih banyak hal yang ingin saya wujudkan. Saya ingin mewujudkan ekosistem bisnis yang dapat mendukung tumbuh kembang UMKM. Tentunya, saya membutuhkan wadah yang besar dan partisipasi dari banyak pihak termasuk pemerintah.
Untuk hal ini, saya masih menggodoknya karena dibutuhkan perencanaan yang jelas dan waktu yang tidak sebentar. Semoga, dengan terwujudnya hal ini, UMKM yang ada di Indonesia bisa bertumbuh lebih besar lagi agar dapat memberikan sumbangsih yang besar bagi negara dan kehidupan yang lebih baik.
Demikian hasil wawancara tim Paper.id dengan Coach Faransyah Jaya. Semoga informasi ini bermanfaat bagi para pelaku usaha sekalian. Ikuti terus interview with the expert dan untuk membaca hasil interview kami lainnya, bisa Anda klik link ini!
Selain itu, kami juga memiliki konten wawancara dengan pelaku UMKM terkait usaha mereka yang bisa dibaca disini! Jika ingin usaha Anda diwawancarai, gunakan Paper.id dalam mengelola bisnis Anda dan buat mudah semuanya dengan mendaftarkan diri Anda lewat link dibawah ini!
- Fraud, Istilah Kecurangan yang Sering Terjadi dalam Dunia Bisnis - Januari 29, 2024
- Khusus Pengguna Garuda Indonesia, Gratis Paper+! - Januari 11, 2024
- Contoh Jurnal Akuntansi Keuangan yang Benar - Januari 1, 2024