Sebutkan kedai kopi modern yang paling mudah ditemukan dimana-mana? Semua orang setuju menjawab Starbucks. Di Indonesia sendiri, Starbucks tumbuh subur di beberapa kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya hingga Bali dengan jumlahnya mencapai ratusan cabang.
Tahukah kamu jika pada awalnya Starbucks hanya merupakan sebuah toko penjual biji kopi kecil di Seattle, Amerika Serikat. Namun saat ini, cabangnya di seluruh dunia bahkan mencapai puluhan ribu. Bagaimana cara mereka bisa sukses ekspansi ke ratusan negara di dunia?
Starbucks memiliki cara unik dalam memasarkan bisnis kopi mereka. Salah satu trik psikologi marketing yang mereka lakukan adalah dengan menuliskan nama pelanggan di setiap gelas kopi pesanan. Trik itu sukses dan kini diikuti oleh banyak merchant lainnya.
Well, semua orang sudah tahu mengenai trik tersebut. Namun sebenarnya, Starbucks memiliki trik-trik psikologi marketing lainnya yang mungkin kamu tidak ketahui. Jika kamu merupakan seorang pengusaha, kamu bisa coba terapkan ini di dalam bisnis kamu ya!
Baca Juga: Strategi Pemasaran, Cara Starbucks Menjual Kopi dengan Harga Mahal Tapi Laku di Pasaran
Daftar menu tradisional dengan pengaruh centre stage effect
Pesan dan beli. Starbucks menggunakan gaya penjualan tradisional dimana pelanggan akan mengantri berbaris di depan meja kasir sembari memilih minuman yang akan dipesan. Dari itu semua, apa yang unik? Ya, daftar menu yang tertempel di dinding.
Starbucks menggunakan papan tulis berwarna hitam dengan penulisan menu yang sangat sederhana. Namun, siapa sangka itu adalah salah satu trik psikologi marketing yang dilakukan dengan memanfaatkan centre stage effect.
Menu di starbucks dibuat sangat sederhana, berurutan dari atas ke bawah. Itu memudahkan pembeli dalam melihat minuman yang akan dipesan. Jika kamu sepemikiran dengan saya, para pelanggan yang baru atau jarang ke Starbucks, pasti akan memesan minuman di pilihan paling tengah.
Memilih jenis minuman yang berada di tengah merupakan trik psikologi marketing yang dinamakan centre stage effect. Kecenderungan itu memang sudah diketahui banyak pengusaha. Itulah kenapa jika ada produk baru, maka mereka akan menaruhnya di bagian tengah.
Lebih lanjut, centre stage effect membuat pelanggan mau membeli. Sebab, Starbucks memastikan pelanggannya langsung menuju ke meja kasir, tidak duduk terlebih dahulu untuk memilih menu makanan. Lagi pula, mereka tidak menyediakan menu secara lengkap di setiap meja tamunya.
Masih tidak percaya dengan trik ini? Coba ajak teman kamu menuju ke Starbucks dan lihat apa yang mereka akan pesan!
Baca Juga: Kompas hingga Starbucks, Salah Penulisan Jadi Alat Marketing Gratis?
Ukuran grande lebih menjadi pilihan dibandingkan small atau venti
Small, grande atau venti. Manakah ukuran yang akan kamu pilih? Lagi, pelanggan yang baru atau jarang ke Starbucks akan memilih ukuran grande (sedang). Orang cenderung memilih ukuran aman, bukan besar ataupun kecil melainkan sedang.
Dalam psikologi marketing, pilihan tersebut dikategorikan sebagai compromising effect dimana orang akan memilih ukuran di tengah-tengah. Jika ada ukuran menggunakan hitungan 1-5, kebanyakan orang cenderung memilih angka 3. Coba buktikan sendiri.
Tak hanya itu, pemilihan ukuran tengah membuat kamu tidak harus membayar paling mahal untuk sebuah produk namun kamu tetap mendapatkan kualitas dan cita rasa yang tidak kalah bagusnya seperti yang paling besar.
Menurut kenthendricks, ada dua alasan yang membuat orang terkena compromising effect, salah satunya adalah untuk menghindari kerugian.
Orang-orang akan merasa rugi ketika mereka kehilangan keuntungan secara dua kali berturut padahal dengan nominal yang sama. Maksudnya, orang akan kesal ketika mereka rugi 1 juta rupiah selama dua kali berturut-turut ketimbang langsung kehilangan 2 juta dalam waktu sekali.
Kenapa? Karena mereka menganggap dua kali kesalahan tersebut terjadi keberanian mengambil resiko tanpa memikirkan efek samping yang didapatkan.
Baca Juga: Instagram Marketing, Ini Dampak yang Terjadi Jika Likes Disembunyikan
FOMO
Takut ketinggalan jaman (Fear of Missing Out). Starbucks selalu mengeluarkan produk edisi khusus dalam acara-acara khusus. Misalnya, menjelang libur natal, ramadhan dll. Pernahkah kamu berpikir kenapa Starbucks tidak membuat produk baru saja untuk kopinya? Kenapa mereka memilih membatasi keberadaan jenis spesial tersebut?
Betul, jika kamu beranggapan untuk mendapatkan hati pelanggan. Starbucks membuat varian kopi spesial dalam hitungan waktu tertentu agar semua orang mau membelinya secara cepat. Kalo dibuat tanpa waktu tertentu, orang-orang gak bakal mau berebut dateng saat ini juga.
Strategi marketing yang dilakuin sama Starbucks juga terbantu dengan adanya sosial media. Sekarang, orang berlomba-lomba buat posting foto menarik di Instagram mereka. Itu juga yang membuat banyak orang buru-buru nyobain rasa baru Starbucks.
Intinya sih, orang dateng ke Starbucks buat mendapatkan rasa baru agar mereka tidak ketinggalan jaman (FOMO). Momentum ini diketahui betul oleh Starbucks sehingga mereka bisa ‘mengendalikan’ pasar kopi.
Exposure di Instagram karena FOMO juga mengakibatkan engagement besar kepada orang lainnya. Makanya, mereka yang tadinya gak pernah datang ke Starbucks, jadi datang ke gerai tersebut karena foto dari teman-temannya. Apakah kamu juga suka begitu?
Kalo kamu pengusaha, punya cara gak untuk menggunakan trik psikologi marketing FOMO ini?
- Product Update: Langsung Konversi Invoice dari Accurate ke Paper.id, Kelola Dokumen Makin Lancar! - Oktober 28, 2024
- Perbedaan Faktur dan Invoice dalam Bisnis, Apa Saja? - Oktober 23, 2024
- Kenali AP & AR Automation yang Mampu Tingkatkan Bisnis Lebih Pesat - Oktober 23, 2024