Istilah “surcharge” dalam bisnis adalah biaya tambahan yang dikenakan kepada buyer di luar harga dasar produk atau layanan. Biaya ini biasanya diberlakukan untuk menutupi biaya tertentu, seperti biaya transaksi kartu kredit, biaya pengiriman, atau kenaikan harga bahan baku.

Di satu sisi, surcharge memungkinkan merchant untuk menjaga margin keuntungan mereka. Di sisi lain, hal ini juga bisa mempengaruhi kepuasan buyer. Lalu, apa saja pro dan kontra dari penerapan surcharge dalam bisnis? Simak penjelasannya di bawah ini!

Contoh Biaya Surcharge dalam Bisnis

Contoh surcharge bisa dilihat pada e-commerce. Biaya surcharge biasanya muncul ketika buyer bertransaksi menggunakan metode pembayaran tertentu, seperti kartu kredit atau dompet digital. Penyedia layanan pembayaran seperti bank atau payment gateway sering mengenakan biaya pemrosesan sebesar 2-3% dari nilai transaksi.

Akan tetapi, melansir AKKI, sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016, merchant dilarang mengenakan biaya tambahan atau surcharge kepada konsumen yang membayar dengan kartu kredit, sehingga mereka harus menanggung biaya pemrosesan transaksi dari bank atau payment gateway itu sendiri.

Baca Juga: Biaya Operasional Bisnis: Jenis-Jenis dan Cara Menghematnya

Pro Penerapan Surcharge dalam Bisnis

Surcharge dalam bisnis mencakup beberapa keuntungan atau pro dalam bisnis. Simak penjelasannya berikut ini: 

1. Mendorong pembayaran tepat waktu

Surcharge bisa digunakan sebagai strategi untuk mendorong buyer agar membayar tagihan mereka tepat waktu. Misalnya, jika ada surcharge untuk pembayaran yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo, buyer mau tidak mau harus membayar tepat waktu agar tidak dikenakan biaya ekstra.

Dengan adanya surcharge, bisnis bisa mengurangi risiko keterlambatan pembayaran. Hal ini tidak hanya membantu cash flow tetap stabil, tetapi juga mengurangi biaya yang terkait dengan penagihan dan pengelolaan piutang.

2. Membantu cash flow tetap sehat

Surcharge atau biaya tambahan bisa membantu menjaga kesehatan cash flow bisnis. Dengan menerapkan surcharge, bisnis bisa mengimbangi biaya operasional yang meningkat, seperti biaya bahan baku, transportasi, atau layanan. 

Sehingga, memungkinkan bisnis untuk tetap mendapatkan pendapatan yang stabil meskipun terjadi perubahan naik turunnya biaya. Akan tetapi, penting untuk menerapkan surcharge secara transparan dan adil, agar tidak merugikan hubungan dengan buyer.   

Baca Juga: Manfaat Atur Pengeluaran Bisnis Lebih Efektif dengan Corporate Card

3. Mendorong penggunaan metode pembayaran lain

Adanya peraturan BI yang melarang mengenakan biaya tambahan atau surcharge kepada konsumen yang membayar dengan kartu kredit, tentunya mendorong penggunaan metode pembayaran lain. 

Sehingga, merchant bisa melihat alternatif metode pembayaran yang lebih menguntungkan, seperti transfer bank, dompet digital, atau pembayaran dengan QR code. Dengan mengadopsi berbagai metode ini, merchant bisa meningkatkan kepuasan buyer dan memperluas pasar.

Kontra Penerapan Surcharge dalam Bisnis 

Tak hanya keuntungan, surcharge juga mencakup beberapa kerugian atau kontra dalam bisnis. Simak penjelasannya berikut ini: 

1. Merchant dilarang membebankan surcharge

Di Indonesia, penerapan surcharge atau biaya tambahan untuk pembayaran dengan kartu kredit diatur oleh Bank Indonesia (BI). Seperti yang sudah dijelaskan, BI mengeluarkan peraturan nomor 18/40/PBI/2016 yang melarang merchant mengenakan biaya tambahan atau surcharge kepada konsumen yang melakukan pembayaran dengan kartu kredit.

Merchant wajib menerima kartu kredit sebagai alat pembayaran tanpa mengenakan biaya tambahan di luar harga barang atau jasa yang dibeli. Jika merchant ketahuan mengenakan surcharge, BI menegaskan bahwa mereka bisa dikenakan sanksi, yang mencakup teguran, denda, atau pembatasan aktivitas terkait pembayaran menggunakan kartu kredit.

Baca Juga: Apa Itu Velocity of Money: Rumus, Manfaat, Hingga Hubungannya dengan Bisnis

2. Persaingan harga akibat surcharge

Ketika Bank Indonesia melarang membebankan surcharge (biaya tambahan) kepada konsumen dalam transaksi kartu kredit, mereka harus menanggung surcharge tersebut yang harus dibayar kepada bank atau penyedia layanan pembayaran setiap kali ada transaksi menggunakan kartu kredit.

Tentunya, merchant harus mempertimbangkan dampaknya terhadap harga jual produk atau layanan mereka karena surcharge bisa dimasukkan dalam komponen harga. Buyer pun mungkin lebih memilih untuk bertransaksi dengan bisnis yang tidak mengenakan surcharge

3. Beban biaya terhadap bisnis

Beban surcharge juga tidak serta merta mudah dibebankan kepada buyer. Jika pesaing tidak mengenakan surcharge, bisnis bisa merasa tertekan untuk menanggung sebagian atau bahkan seluruh biaya surcharge agar tetap bersaing di pasar.

Jika surcharge terlalu tinggi, bisa jadi buyer mengurangi pembelian atau bahkan beralih ke merchant lain, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan pendapatan. Akibatnya, bisnis harus menyeimbangkan antara menambahkan biaya tambahan dan menjaga daya saing di pasar.

Baca Juga: Hubungan Antara Perputaran Kas, Arus Kas, dan Profit Bisnis

4. Penurunan margin keuntungan 

Merchant Discount Rate (MDR) adalah biaya yang harus dibayar merchant setiap kali mereka menerima pembayaran melalui kartu. Semakin tinggi MDR, semakin besar biaya yang ditanggung oleh merchant, sehingga margin keuntungan menjadi lebih kecil.

Misalnya, jika kamu menjual barang seharga Rp100.000 dan harus membayar Rp2.000 sebagai MDR, margin keuntungan akan lebih kecil dibandingkan jika biaya transaksi hanya Rp1.000. Untuk mengatasi dampak negatif dari biaya transaksi yang tinggi, banyak merchant yang mengenakan surcharge kepada buyer. 

5. Hubungan dengan buyer

Hubungan yang kuat antara merchant dan buyer sering kali dibangun atas dasar kepercayaan. Jika buyer merasa dikenakan biaya tambahan tanpa kejelasan, mereka bisa kehilangan kepercayaan. Begitu kepercayaan hilang, buyer bisa saja akan mencari merchant lain. 

Terlebih, dalam era digital saat ini, buyer memiliki banyak pilihan dan mudah beralih ke merek lain. Oleh karena itu, kamu bisa mempercayakan Paper.id sebagai solusi pembayaran dalam transaksi bisnis dan menyediakan fitur pembayaran bisnis yang mudah dan terpercaya.

Beragam metode pembayaran tersedia baik melalui metode transfer bank, QRIS, VA, Tokopedia, Shopee, Blibli, hingga kartu kredit untuk tambahan tempo pembayaran dan biayanya lebih rendah. 

Kamu juga bisa membuat invoice digital yang telah tersedia template-nya dan dibubuhi e-Materai dari PERURI. Buyer pun akan dikirimkan pengingat otomatis untuk membayar invoice-nya, sehingga kamu tak perlu mengingatkan buyer satu per satu. 

Tunggu apalagi?

Kamu juga tak perlu khawatir karena daftar Paper.id gratis dan mudah. Pastikan kamu bisa menikmati fitur lengkap Paper.id dengan menyelesaikan verifikasi bisnisnya seperti panduan berikut!

Paper.id