Pada tahun 2025, Indonesia diproyeksikan mengalami pertumbuhan ekonomi yang stabil dengan Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan mencapai 5,2%, sebagaimana disampaikan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dan menjadi target pemerintah dalam APBN 2025. Sejalan dengan itu, sektor ekonomi digital diprediksi akan menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ini. Laporan e-Conomy SEA 2024 oleh Google, Temasek & Bain menyebutkan, ekosistem ekonomi digital Indonesia mengalami pertumbuhan 40% dari total transaksi ekonomi digital ASEAN dengan nilai diperkirakan mencapai 200 – 300 miliar USD atau sekira 3 – 4 Triliun Rupiah di tahun 2030.
Peluang ini menciptakan hadirnya berbagai teknologi pendukung. Kehadiran pembayaran real-time, artificial intelligence (AI), machine learning (ML), Optical Character Recognition (OCR), dan menjamurnya beragam metode pembayaran berbasis digital, contohnya. Hasilnya, pelaku usaha dari berbagai skala dan sektor, termasuk sektor business to business (B2B), pun mulai mengadopsi teknologi tersebut untuk meningkatkan efisiensi operasional, memperluas pasar, dan tetap kompetitif.
Pada kenyataannya, efisiensi operasional ekosistem B2B masih menghadapi berbagai tantangan seperti fragmentasi dari sistem pembayaran hingga waktu pembayaran rata-rata yang dapat memakan waktu hingga 34 hari. Data lebih lanjut bahkan mencatat 40% faktur yang diterbitkan oleh pelaku usaha tidak dibayar tepat waktu akibat proses manual, kurangnya transparansi pengelolaan keuangan, serta kesalahan administrasi seperti data yang tidak akurat dan lambatnya proses verifikasi dokumen.
Paper.id, platform invoicing dan pembayaran digital terkemuka di Indonesia, terus berkomitmen membantu pelaku bisnis mengatasi tantangan operasional tersebut melalui solusi teknologi terkini. Salah satu wujud nyata dari komitmen tersebut adalah peluncuran whitepaper 2025 Outlook: The Future of B2B Transactions in Indonesia – 5 Key Trends and Technologies pada 11 Desember 2024.
Melalui whitepaper-nya, Paper.id memaparkan berbagai tren teknologi digital yang dapat mendorong transformasi operasional B2B menjadi lebih efisien dan inklusif sekaligus membantu perusahaan tetap kompetitif di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Lima Tren Utama Pembayaran B2B di 2025
Tahun 2025 diprediksi menjadi titik penting dalam transformasi pembayaran B2B, dengan adopsi teknologi yang kian masif untuk menjawab kebutuhan bisnis yang semakin kompleks. Paper.id mengkategorikan 5 tren utama pembayaran B2B di 2025 menjadi; Otomatisasi Manajemen Piutang dan Utang (AR/AP Automation), Integrasi AI dan Pembelajaran Mesin (Machine Learning), Kartu Virtual (Virtual Cards), Pembayaran Lintas Batas (Cross-Border Payments) dan Keamanan Proaktif dalam Transaksi Digital.
Jeremy Limman, Chief Product Officer dan Co-Founder Paper.id, menjelaskan, “Selama 2024, kami mengamati bahwa banyak pelaku bisnis di Indonesia terus mengadopsi teknologi untuk berbagai alasan, contohnya meningkatkan sumber revenue. Menariknya, meskipun digitalisasi sudah berjalan, masih ada kecenderungan rasa ragu dalam memaksimalkan teknologi ini untuk operasional bisnis.”
Jeremy lebih lanjut memaparkan, “Tantangan dalam adopsi teknologi itu tidak hanya dialami oleh perusahaan mikro, kecil, dan menengah, tetapi juga oleh perusahaan besar. Sebagai contoh, kami menemukan bahwa pekerjaan operasional dan administratif dari bisnis skala besar itu dapat dioptimalkan dengan pemanfaatan teknologi seperti OCR. Teknologi ini dapat memudahkan tim operasional perusahaan untuk mengidentifikasi kecocokan dokumen invoice (faktur) dan form pemesanan dari berbagai template dan ragam penulisan barang.”
“Studi terbaru menunjukkan bahwa AI memiliki potensi kontribusi sebesar US$336 miliar terhadap PDB Indonesia, dengan sekitar 24,6% perusahaan di Indonesia tercatat telah mengadopsi teknologi ini. Di tingkat global, pasar AI yang bernilai sekitar $136,55 miliar telah diadopsi oleh sebanyak 50% hingga 60% institusi. Ke dua hal ini menunjukkan adanya kesenjangan yang belum sepenuhnya dioptimalkan oleh pelaku bisnis Indonesia. Atas dasar tantangan seperti ini, kami memprediksi adopsi AI maupun machine learning akan semakin diminati oleh pelaku bisnis untuk memenuhi kebutuhan pasar global yang berkembang pesat”, tutur Jeremy.
Selain otomatisasi, pemanfaatan berbagai inovasi pembayaran seperti transaksi menggunakan kartu virtual dan pembayaran lintas batas juga diprediksi akan menjadi strategi pemilik usaha untuk meningkatkan operasional usaha.
Di tengah maraknya kemajuan teknologi di sektor pembayaran dan ekonomi digital, kolaborasi antara industri perbankan, regulator, asosiasi hingga key player dalam ekosistem menjadi penting penting. Tujuannya adalah untuk memastikan setiap inovasi yang diluncurkan sesuai dengan aturan yang berlaku dan disosialisasikan dengan baik ke masyarakat luas.
Lily M. Sambuaga selaku Wakil Ketua Umum I AFTECH turut mempertegas kolaborasi fintech dengan lintas sektor dapat menjadi kunci meningkatkan daya saing industri serta mengakselerasi inklusi keuangan di Indonesia. Beliau menyampaikan, “Digitalisasi B2B yang merupakan inovasi hasil kolaborasi berbagai pihak dapat mempercepat inklusi keuangan secara masif. Dalam hal ini, AFTECH berkomitmen untuk terus mendorong kolaborasi antar stakeholders terkait agar menghasilkan inovasi yang aman, dapat diandalkan, dan mudah diakses oleh masyarakat Indonesia. Pada akhirnya, kolaborasi yang baik dan berkelanjutan secara bersamaan adalah kunci untuk menciptakan ekosistem ekonomi digital yang kompetitif, berkelanjutan, dan mampu bersaing di pasar global.”
- Definisi General Supplier, Jenis-Jenisnya, Tugas Utama, dan Manfaat Bekerja Sama - Desember 13, 2024
- Pajak untuk Bisnis Online, Seperti Apa? - Desember 12, 2024
- Paper.id: 2025 Momentum Benahi Operasionalisasi Bisnis Melalui Transformasi Digital di Tengah Pertumbuhan Ekonomi Global - Desember 12, 2024