Pada sebuah perusahaan, tentunya sangat memperhatikan profit margin. Bisa dikatakan, profit margin merupakan indikator keuangan yang penting untuk mengukur profitabilitas sebuah perusahaan.
Ketika mengetahui profit margin, maka pengusaha bisa melihat kesehatan bisnis, manajemen biaya, hingga menilai pertumbuhan perusahannya.
Seperti apa profit margin hingga berbagai manfaatnya? Simak ulasannya di bawah ini, ya!
Apa Itu Profit Margin?
Profit margin merupakan rasio yang merepresentasikan keuntungan perusahaan atau seberapa banyak uang yang diperoleh suatu bisnis.
Pada dasarnya, memperhatikan rasio dari profit margin adalah hal krusial, baik untuk bisnis besar maupun kecil.
Sebab, profit margin jadi salah satu indikator untuk mengetahui kondisi kesehatan finansial perusahaan, apakah bisnis berkembang atau tidak.
Umumnya, setiap bisnis memiliki patokan berbeda-beda untuk menentukan apakah suatu margin disebut baik atau tidak.
Misalnya, untuk bisnis restoran kecil, angka margin dalam kisaran 10% sudah dianggap normal.
Sementara pada industri konveksi besar, profit margin bisa mencapai persentase 80% atau lebih.
Dengan adanya profit margin, investor dan kreditur juga merasa lebih terbantu untuk menganalisis kondisi finansial.
Bahkan, bisa juga adanya potensi revenue stream, dan indikator kemampuan manajemen perusahaan.
Baca Juga: Bisnis Kamu Profit atau Tidak? Cek Cara Mudah Hitungnya di Sini!
Jenis-Jenis Profit Margin
Beberapa jenis margin yang umum digunakan dalam mengukur keuntungan sebuah perusahaan adalah sebagai berikut.
1. Gross profit margin
Gross profit margin merupakan metrik yang mengukur efisiensi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari aktivitas operasional.
Dengan begitu, perhitungan gross profit margin tersebut dapat menjadi bahan evaluasi melakukan efisiensi biaya operasional.
Cara menghitung gross profit margin adalah mengurangkan pendapatan (revenue) dengan harga pokok penjualan (HPP).
Kemudian, jumlahnya dibagi dengan pendapatan total. Berikut rumusnya:
Gross Profit Margin = (Pendapatan Kotor – Biaya Produksi) / Pendapatan Kotor x 100%2
Gross profit margin yang tinggi bisa menunjukkan bahwa perusahaan memiliki keunggulan kompetitif dalam pengelolaan biaya produksi.
Sedangkan margin yang rendah dapat mengindikasikan adanya tantangan dalam menghasilkan laba yang cukup dari aktivitas operasional.
2. Operating profit margin
Operating profit margin menggambarkan persentase laba yang diperoleh perusahaan dari operasional inti setelah dikurangi biaya operasional.
Contohnya seperti gaji karyawan, biaya overhead, dan biaya operasional lainnya. Berikut rumusnya:
Operating Profit Margin = (Laba Operasional / Pendapatan) x 100%3
Semakin tinggi operating profit margin, maka semakin efisien perusahaan dalam mengelola biaya operasional. Bahkan, bisa menghasilkan keuntungan dari pendapatan operasionalnya.
Sebaliknya, operating profit margin yang rendah menunjukkan adanya tantangan dalam menghasilkan laba yang cukup atau adanya ketidakseimbangan antara pendapatan dan biaya operasional.
3. Net profit margin
Net profit margin adalah rasio keuangan yang mengukur seberapa efisien perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari pendapatan total.
Rasio ini menunjukkan persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap pendapatan perusahaan. Berikut rumusnya:
Net profit Margin = (Total Pendapatan – Harga Pokok Penjualan – Pajak – Biaya Operasional – Biaya Lain-lain) / Total Pendapatan) x 100%
Semakin tinggi net profit margin, maka semakin efektif perusahaan dalam mengelola biaya. Bahkan, bisa menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dari pendapatan mereka.
Sebaliknya, net profit margin rendah menunjukkan adanya tantangan dalam menghasilkan laba bersih atau adanya tekanan biaya tinggi.
Baca Juga: Mengenal Net Profit Margin dari Pengertian hingga Cara Hitungnya
Mengapa Profit Margin Penting?
Dengan pemahaman yang baik tentang profit margin, perusahaan bisa mengidentifikasi area potensial.
Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi, mengelola manajemen biaya, menerapkan strategi manajemen operasional yang efektif, dan mengoptimalkan pendapatan. \Untuk lebih jelasnya, berikut manfaat profit margin.
1. Memberi gambaran kondisi keuangan perusahaan.
Profit margin dapat mengidentifikasi profitabilitas perusahaan. Hal ini berguna untuk mengevaluasi tingkat keuntungan yang dihasilkan dari aktivitas bisnisnya.
Dengan memahami persentase laba yang dihasilkan dari setiap unit penjualan, perusahaan bisa memantau kinerja keuangan mereka. Bahkan, bisa menilai apakah tingkat keuntungan yang dihasilkan sudah mencapai target diharapkan.
2. Sebagai perbandingan dengan bisnis pesaing
Profit margin bisa digunakan sebagai alat pembanding antara perusahaan dengan pesaingnya dalam industri yang sama.
Sebagai contoh, perusahaan A dan B memiliki laba bersih Rp100 juta, tetapi perusahaan A memiliki profit margin 25%, sedangkan perusahaan B sebesar 35%.
Kesimpulannya adalah meski memiliki penghasilan sama, kinerja keuangan perusahaan B lebih baik dan itu bisa deteksi dengan profit margin.
3. Mengidentifikasi pengeluaran negatif
Perusahaan bisa menggunakan profit margin untuk mengidentifikasi efisiensi operasional. Hal itu termasuk pengeluaran yang berdampak negatif.
Dengan menghitung profit margin, perusahaan dapat melakukan analisis mendalam terhadap biaya operasional. Hal itu termasuk jika penjualan dan pendapatan terus bertambah.
Untuk mengidentifikasi profit margin perusahaan yang memiliki armada sebagai strategi manajemen operasional, pengguna dapat mengumpulkan semua biaya terkait operasional armada perusahaan.
Contohnya seperti biaya bahan bakar, perawatan dan perbaikan armada, gaji dan tunjangan untuk pengemudi, hingga asuransi.
Contoh Perhitungan Profit Margin
Untuk membantu pengguna lebih memahami bagaimana cara menghitung profit margin, berikut adalah contoh kasusnya:
Perusahaan B memiliki data laporan keuangan sebagai berikut:
- Pendapatan: Rp500 juta
- Penjualan bersih: Rp300 juta
- Laba bersih: Rp200 juta
- Laba kotor: Rp250 juta
- Laba sebelum bunga dan pajak: Rp270 juta
Dari data tersebut, berikut adalah contoh cara menghitung profit margin perusahaan B:
- Net profit margin = Rp200 juta / Rp300 juta x 100 = 66,7%
- Gross profit margin = Rp250 juta / Rp300 juta x 100 = 83,3%
- Operating profit margin = Rp270 juta / Rp500 juta x 100 = 54%
Nah, itu dia penjelasan tentang profit margin.
Pada intinya, profit margin adalah indikator vital yang mencerminkan kesehatan finansial sebuah bisnis.
Dengan memahami dan mengelola profit margin dengan baik, maka bisa membantu perusahaan bertahan di tengah persaingan dan ketidakpastian pasar.
Untuk meningkatkan profit margin, pemilik bisnis harus secara berkala mengevaluasi biaya operasional, mengoptimalkan strategi penetapan harga, dan memperluas produk bernilai tambah tinggi.
Sebagai salah satu cara mengoptimasi biaya operasional, kamu bisa menggunakan Paper.id. Paper.id adalah platform invoicing dan pembayaran bisnis yang membuatmu bisa hemat banyak biaya dengan go-digital.
Menggunakan Paper.id, tidak perlu ada biaya cetak dan kirim invoice, sehingga kamu dapat hemat banyak. Terlebih lagi, ada 30+ opsi pembayaran yang bisa buat tempo pembayaranmu makin panjang, mulai dari transfer bank, QRIS, Virtual Account, e-commerce (Tokopedia, Shopee, Blibli), hingga kartu kredit dan cicilan.
Yuk, pelajari selengkapnya tentang Paper.id dan registrasikan bisnismu segera untuk nikmati fitur gratisnya!
- Paper.id Hadir di BCA Ocean, Nikmati Transaksi dengan Biaya 1% - Maret 13, 2025
- Cara Mudah Menghitung Laba Kotor untuk Bisnis yang Sukses - Maret 12, 2025
- Gross Profit Margin: Definisi dan Contoh Lengkapnya! - Maret 12, 2025