Bagaimana cara menentukan harga jual produk yang pas? Agak sulit untuk memberikan harga buat kamu para pemilik usaha yang baru memulai bisnis.
Jika kamu memberikan harga yang terlalu tinggi, otomatis tidak akan banyak pelanggan mau membeli.
Namun, ada dua hal yang bisa membuat produk kamu laku walaupun harga mahal, yakni kualitas dan juga popularitas.
Bukan hal yang tabu lagi jika seorang dengan popularitas tinggi dapat menjual produk dengan harga selangit tetapi tetap laku keras di pasaran.
Sebab, mereka memiliki pengaruh yang besar sehingga banyak pelanggan yang rela menghabiskan uang banyak untuk mendapatkan produknya.
Kemudian, kualitas bagus juga mampu menarik pelanggan untuk datang.
Masalahnya disini adalah kamu seorang pengusaha baru yang bukanlah orang terkenal.
Dan juga, kamu belum bisa memberikan bukti jika produk yang dijual memiliki kualitas yang tidak kalah dengan produk lainnya.
Lantas, cara apa yang harus digunakan oleh kamu untuk bagaimana cara menentukan sebuah harga jual produk? Simak di bawah sini.
Baca Juga: Kenapa Brand Produk Terkenal Memiliki Harga yang Sangat Mahal?
1. Menentukan Harga Jual Produk Dengan Markup Pricing
Ini merupakan sebuah metode untuk mendapatkan harga jual produk dengan cara menambahkan beberapa persen harga dari pembelian bahan baku.
Dengan kata lain, kamu harus bisa mengkalkulasi terlebih dahulu berapa modal yang dibutuhkan sebelum mendapatkan markup pricing-nya.
Persentase tersebut yang nantinya akan menjadi keuntungan yang bisa kamu raih dari sebuah produk.
Harga Jual= Bahan Baku Modal + (Bahan Baku Modal x Markup)
Misalnya, kamu ingin memiliki usaha katering makanan sehat dengan bahan baku modal Rp. 20 ribu/porsi.
Markup yang ingin tambahkan adalah 20%. Jadi, berapakah keuntungan yang bisa didapatkan?
Harga Jual= Bahan Baku Modal + (Bahan Baku Modal x Markup)
Misalnya, kamu ingin memiliki usaha katering makanan sehat dengan bahan baku modal Rp. 20 ribu/porsi. Markup yang ingin tambahkan adalah 20%. Jadi, berapakah keuntungan yang bisa didapatkan?
- Harga Jual= Rp. 20.000 + (Rp. 20.000 x 20%)
Harga Jual= Rp. 30.000/porsi
Dalam kasus katering makanan sehat ini, kamu akan mendapatkan untung sekitar Rp. 10 ribu apabila ingin menggunakan markup sekitar 20%.
Kurang lebih, begitulah cara menentukan harga jual produk dengan metode markup pricing.
2. Menentukan Harga Jual Produk dengan Margin Pricing
Jika markup menggunakan persentase untuk mendapatkan keuntungan, margin pricing merupakan metode yang sebaliknya.
Kamu harus menentukan terlebih dahulu berapa besar produk yang akan dijual.
Setelah itu, kamu bisa masukkan ke dalam rumus di bawah untuk menentukan berapa besar persentase profit yang diambil. Dari situ, kamu bisa tentukan apakah harga yang diberikan terlalu besar atau tidak.
- Margin= (Harga Jual – Harga Modal)/Harga Jual
Misalnya, kamu berjualan katering makanan sehat dengan modal Rp. 15 ribu dan ingin menjualnya seharga Rp. 45 ribu perporsi.
Apakah keuntungan yang diambil terlalu besar atau tidak? masukkan saja ke dalam rumus yang telah disiapkan di atas.
Jadi, keuntungan yang didapatkan dalam seporsi katering makanan sehat mencapai 78%.
Jika menurut kamu terlalu besar, kamu bisa ubah agar profit yang dihasilkan tidak melebihi 50% dari harga modal awal.
Kenapa? karena biasanya memang profit normal sebuah produk tidak lebih dari angka tersebut.
- Margin= (45.000 – 15.000)/ 45.000
Margin= 0,78 atau 78%
Jadi, keuntungan yang didapatkan dalam seporsi katering makanan sehat mencapai 78%. Jika menurut kamu terlalu besar, kamu bisa ubah agar profit yang dihasilkan tidak melebihi 50% dari harga modal awal.
Kenapa? karena biasanya memang profit normal sebuah produk tidak lebih dari angka tersebut.
3. Menentukan Harga Jual Dengan Value Based Pricing
VBP merupakan cara menentukan harga jual sebuah produk paling unik. Sebab, kamu akan memberikan harga sesuai dengan nilai yang didapatkan oleh pelanggan.
Dengan kata lain, pelanggan yang berhak untuk menentukan seberapa mahal barang tersebut, atau willing to pay (WTP).
Masalahnya, setiap pelanggan pasti memiliki WTP yang berbeda-beda. Lantas, apa yang harus dilakukan?
Memang sangat sulit bagi sebuah pemilik usaha untuk menggunakan metode ini.
Biasanya, ada dua cara yang mereka tempuh, yang pertama adalah melakukan riset terhadap beberapa responden.
Setiap responden akan memberikan penilaian dan juga harga terhadap produk yang tengah dirilis. Cara kedua adalah dengan memberikan harga tinggi secara langsung.
Para pelanggan sendiri biasanya akan rela untuk membayar mahal sebuah produk berdasarkan beberapa hal, kualitas produk, populatiras dan kelangkaan.
Ketiga alasan tersebut merupakan alasan beberapa brand memilih untuk menjual produk mereka secara limited alias terbatas.
Semakin langka sebuah produk, semakin mahal juga harga yang akan diberikan.
4. MSRP
Manufacturer Suggested Retail Price merupakan harga produk yang biasanya sudah disarankan oleh sang pemilik kepada pelanggannya. Di Indonesia, kamu bisa mengenalnya dengan tulisan “harga eceran yang disetarakan”.
Biasanya, MSRP hanya digunakan untuk perusahaan manufakturing, salah satunya adalah otomotif atau kendaraan bermotor.
Namun, apakah MSRP dapat berubah walaupun harganya sudah ditentukan?
Dalam beberapa kasus, ada beberapa retailer yang dengan sengaja menaikkan harga produk walaupun terpasang label MSRP.
Sebenarnya, tidak ada aturan yang melarang harga diubah. Terlebih lagi, permintaan pasar yang sedang meninggi namun produknya terbatas alias sudah hampir habis.
Ada juga beberapa retailer yang menjual produk lebih murah dari MSRP karena stok yang terlampau banyak.
5. Keystone Pricing
Keystone Pricing merupakan sebuah metode yang mana digunakan oleh seorang retailer untuk melipatgandakan harga modal dari produk yang akan dijual kepada pelanggan.
Misalnya, kamu membeli sebuah baju dengan modal Rp. 50 ribu tetapi menjualnya dengan margin keuntungan 100%.
Jadi, pelanggan kamu harus membayarnya dengan harga Rp. 100 ribu. Apakah cara ini diperbolehkan dan umum digunakan?
Usut punya usut, keystone pricing merupakan cara kuno yang telah digunakan toko-toko retailer terkemuka di dunia.
Hingga saat ini, metode tersebut masih digunakan karena mampu memberikan profit yang lebih besar bahkan mencapai 2 kali lipat dari harga modal awal.
Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menggunakan keystone pricing, salah satunya adalah kamu harus memastikan jika produk yang dijual memenuhi standar kualitas dan kelayakan.
Kenapa? karena pelanggan tidak akan ada yang mau membayar mahal apabila produk yang dijual merupakan produk yang bisa ditemukan di tempat lain dengan harga lebih murah.
6. Menentukan Harga Jual Produk Berdasarkan Kompetisi
Strategi yang bisa kalian terapkan yaitu menentukan harga jual produk berdasarkan kompetisi yang ada di pasar.
Dengan mengetahui harga dari para pesaing, maka kalian bisa dengan mudah memberi patokan harga untuk produk yang kalian jual.
Bukan berarti kalian memberikan harga yang sama dengan seperti harga dari kompetitor ya.
Jika produk kalian lebih berkualitas dan jauh lebih bagus, maka kalian pantas menetapkan harga jual sendiri yang bisa lebih tinggi dari kompetitor.
Kekurangan dari metode ini adalah, kalian mengabaikan biaya produksinya dan terlalu fokus terhadap harga dari pesaing.
Cara Menentukan Harga Jual Produk
Jadi, kurang lebih ada lima cara menentukan harga jual sebuah produk yang bisa kamu gunakan.
Dari semua cara yang direkomendasikan di atas, mana yang menurut kamu paling masuk akal digunakan dan mana yang paling bisa memberikan profit paling besar?
Ingat, menjadi pengusaha bukan hanya untuk mencari untung tetapi juga memberikan produk terbaik kepada pelanggan.
Baca Juga: Inilah Perbedaan Harga Pokok Penjualan Vs Harga Jual
Permudah kelola bisnis dengan Paper.id
Kalian masih kesulitan dalam mengelola invoice atau repot dalam menyediakan beragam pembayaran digital kepada pelanggan?
Nah kalian bisa menggunakan aplikasi invoice online Paper.id. Mempermudah kalian dalam mengelola bisnis, yuk daftar paper.id sekarang juga!
- Fraud, Istilah Kecurangan yang Sering Terjadi dalam Dunia Bisnis - Januari 29, 2024
- Khusus Pengguna Garuda Indonesia, Gratis Paper+! - Januari 11, 2024
- Contoh Jurnal Akuntansi Keuangan yang Benar - Januari 1, 2024