Profit besar, tapi ternyata cash flow minus? Ternyata permasalahan ini cukup umum di dunia bisnis. Ketika bisnis menunjukkan keuntungan dari laporan keuangan, ternyata belum tentu cash flownya positif. Alias, bisnis tidak memiliki cukup kas untuk terus beroperasi. Hal ini menghambat pertumbuhan bisnis, bahkan bisa menyebabkan kerugian.

Menurut data dari US Bank, hingga 90% bisnis khususnya yang di tahap awal menghadapi hal ini. Data tambahan menunjukkan bahwa sekitar 20% bisnis kecil gagal dalam satu tahun pertamanya karena masalah cash flow ini.

Dalam PaperPreneurs dari Paper.id kali ini, Paper.id mengundang Ray Kamal, CEO Ledgerowl yang memiliki background tax consultant di Australia dan Indonesia, kini berfokus untuk membantu bisnis-bisnis Indonesia untuk memiliki laporan keuangan yang baik. Acara ini juga diisi oleh Anthony Huang, CBO Paper.id. Kedua pakar ini membahas tentang bagaimana utang bisnis sebenarnya bisa menjadi salah satu solusi untuk mempertahankan agar usaha bisa terus berjalan.

Diselenggarakan di GoWork Plaza Indonesia, acara ini dihadiri oleh 40 pemilik bisnis, didukung juga oleh beberapa pengguna Paper.id lainnya sebagai pembicara, yakni Yusuf Arifin (influencer dan owner Capital Bakery), Erwind Minarto Jacob (owner Infusion Coconut Water), dan Slamet Teng (CEO Manggala CCTV).

Baca Juga: PaperPreneurs Vol. 7: Menguak Fakta Penggunaan Kartu Kredit Bisnis untuk Memaksimalkan Bisnis

Mengenal Arus Kas dari Perspektif Profesional

Kebanyakan bisnis berfokus pada keuntungan, sementara melupakan cash flow statement usahanya. Anthony Huang dan Ray Kamal menyebutkan bahwa cash flow atau arus kas diibaratkan seperti darah dari tubuh perusahaan. Maka dari itu, penting untuk membedakan antara profit dan arus kas. 

Karena secara laporan, bisa saja tercatat bahwa bisnis menghasilkan keuntungan, tetapi tidak memegang kas yang cukup untuk bisa diputarkan kembali bagi operasional bisnis lainnya.

Arus kas yang mulai tidak baik biasanya ditandai dengan kesulitan membayar vendor atau customer-nya. Masalah ini bisa berbagai macam penyebabnya, misalnya pada industri food and beverages, tempo pembayaran dari supplier ke buyer terlalu cepat.

Untuk mengidentifikasi hal ini, bisnis wajib memiliki laporan keuangan yang rapi dan jelas. Selain itu, pebisnis juga perlu memahami tentang cash conversion cycle, yaitu kecepatan bisnis bisa mengkonversi barang atau jasanya menjadi uang kas untuk diputarkan kembali.

Sebagai contoh, jika cash conversion cycle bisnismu adalah 20 hari, berarti kamu butuh 20 hari untuk mendapatkan modal kembali.

Mencegah Masalah Arus Kas dalam Bisnis

Masing-masing bisnis baik produknya barang nyata maupun jasa memiliki tantangannya tersendiri, begitu pula cara mencegah masalah pada arus kasnya. Pasalnya, siklus bisnisnya masing-masing berbeda. 

Namun, pada dasarnya, bisnis perlu memperhatikan keseimbangan antara account payable dan account receivable dari bisnisnya, biasanya terkait tempo. Masing-masing buyer dan supplier yang bekerja sama denganmu tentu telah sepakat dengan tempo yang berbeda-beda. Sering kali, tempo yang kamu terima dari supplier terlalu pendek sehingga harus cepat membayar, sementara tempo yang diberikan pada buyer justru cukup panjang sehingga menunggu pembayaran diterima jadi lama. Pada selisih waktu ini, masalah sering terjadi.

Nah, kamu wajib cermat menemukan tempo yang pas, baik yang kamu terima maupun kamu berikan untuk menjaga arus kas tetap aman.

Anthony Huang dan Rey Kamal menambahkan, penting untuk mencari sumber capital atau modal yang bisa membantu keuangan bisnismu juga dalam mengarungi usaha dengan skema tempo, misalnya dengan mendapatkan payment in advance dari buyer, bernegosiasi dengan lebih baik pada mitra-mitra bisnismu, atau juga mendapatkan pendanaan dari berbagai institusi finansial. Opsi yang terakhir ini adalah salah satu yang paling umum juga dipilih oleh berbagai bisnis, baik meminjam ke bank atau dengan menggunakan kartu kredit.

Dalam mencari opsi untuk membantu arus kas bisnismu, misalnya dengan pendanaan, kamu harus punya pertimbangan yang baik. Menurut Rey Kamal, salah satu hal paling penting untuk dipastikan adalah kemampuan bisnismu untuk membayar pinjaman atau pendanaan yang kamu pilih tersebut.

Tak jarang, bisnis sulit mendapatkan pendanaan dari bank atau institusi finansial serupa. Oleh karena itu, kartu kredit bisa jadi opsi yang paling mudah dan cepat didapatkan. 

Untuk bisnis, telah hadir salah satunya adalah Paper Virtual Card, kartu kredit virtual untuk bisnis.

Baca Juga: PaperPreneurs dari Paper.id: AI, Personalization, dan Digital Tools Sebagai Tren Marketing 2024

Mengembangkan Bisnis dengan Paper Virtual Card dari Paper.id

Menggunakan kartu kredit untuk bisnis adalah salah satu strategi yang cermat untuk memperpanjang tempo dan membuat cash flow makin lancar.

Kartu kredit untuk bisnis yang pertama dapat membuat expense management bisnis lebih optimal. Dengan Paper Virtual Card, contohnya, kamu dapat mengatur limit-limit tertentu untuk keperluan yang spesifik. Misalnya Rp10 juta untuk transportasi bisnis, Rp5 juta untuk pembayaran ads, dan lainnya. Ketika limit ini sudah tercapai batasnya, nomor kartu kredit virtual  akan secara otomatis tidak bisa dipakai lagi untuk keperluan lainnya. Selain memberi visibilitas yang baik untuk pemilik bisnis, hal nii juga mencegah fraud dalam perusahaan.

Secara spesifik, Paper Virtual Card memberikan tambahan tempo hingga 50 hari dengan limit hingga Rp100 juta. Terlebih lagi, ada cashback 0,1% untuk transaksi bisnismu juga.

Untuk mempelajari lebih detail tentang Paper Virtual Card, klik di sini dan akses informasi lengkapnya, ya!

Semoga insight dari PaperPreneurs kali ini bermanfaat untuk bisnismu. Jika tertarik untuk ikut di acara PaperPreneurs selanjutnya untuk networking dan saling berbagi tentang ilmu bisnis, jangan lupa daftarkan bisnismu di Paper.id agar tidak ketinggalan beritanya.

Nadiyah Rahmalia