Rio merupakan seorang konsultan keuangan yang telah menggeluti dunia tersebut lebih dari 5 tahun. Berbagai kasus telah ia tangani hingga datanglah seorang pria Eksekutif Muda bernama Kevin. Memiliki pendapatan sekitar 45 juta rupiah perbulan, Kevin bisa dibilang mapan secara finansial. Tapi, Anehnya, ia malah menghampiri Rio dengan alasan tidak mempunyai tabungan. Dengan gaji hampir 50 juta perbulan, bagaimana itu bisa terjadi?
Untuk melihat akar permasalahannya, Rio mulai mengaudit laporan keuangan Kevin selama satu bulan terakhir. Ia memperhatikan rincian pengeluaran apa saja yang dikeluarkan seperti biaya transportasi, makan hingga tempat tinggal. Akhirnya, Sang Konsultan pun menemukan masalahnya yakni ‘uang jajan’. Diketahui, Kevin kerap mentraktir teman-teman atau berjumpa klien di kedai kopi mewah.
Misalkan, jika segelas kopi seharga 50 ribu rupiah dalam sehari, berapa uang yang dikeluarkan dalam satu bulan? Belum lagi apabila dia membayarkan makanan dan minuman orang yang ia ajak. Jika dihitung, hasilnya mungkin lebih besar dari pada uang transportasi untuk ke kantor. Oleh karena itu, Rio menganjurkan Kevin untuk mengurangi atau bahkan menghentikan kebiasaan ‘uang jajan’.
Masalahnya, kenapa kopi tersebut bisa mahal? padahal jika Kevin membelinya dalam bentuk sachet harganya tidak akan lebih dari 3 ribu rupiah. Jadi, bisa diasumsikan jika brand produk terkenal sangat mempengaruhi harga jual. Lantas, apa yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi?
Baca Juga: Kenapa Upload Video Promosi Produk di Facebook Adalah Ide Buruk?
Brand Produk Terkenal: Ide
Pada tahun 2018, Apple membuat sensasi dengan mengeluarkan iPhone X dengan harga mencapai belasan juta rupiah. Walaupun dibandrol sangat mahal, smartphone yang diinisiasi oleh Steve Jobs tersebut tetap laku di pasaran. Bahkan, ofisial store Apple di Singapura kehabisan stok hanya dalam waktu sekejap. Pesona iPhone sebagai kerajaan teknologi memang tidak terbantahkan lagi.
Apple hanyalah salah satu contoh sebuah brand produk terkenal dapat menjual dengan harga yang mahal. Jika dibandingkan dengan merk smartphone lainnya, harga iPhone x memang terbilang sangat besar. Hal serupa juga terjadi kepada produk lain seperti sepatu yang bisa mencapai harga puluhan juta rupiah. Bahan baku yang langka biasanya disebut sebagai alasan kenapa harga sebuah produk bisa menjulang tinggi.
Luke Grana, pemilik toko fashion Grana, tidak sependapat dengan hal itu. Ketika diwawancarai oleh Huffington Post, ia mengatakan jika sebuah produk bisa dihargai mahal bukan karena bahan baku yang sulit didapat melainkan ide dan kreativitas yang sangat jarang dan langka. Kemudian, faktor dari brand itu sendiri kemudian mengikuti dari belakang dan membuat harga produk terus menerus melonjak naik.
“Sebuah barang yang mewah bisa berharga lebih mahal karena memiliki detail atau produk yang lebih rinci. Brand dari yang meluncurkan produk tersebut juga menjadi faktor tersendiri karena dianggap memiliki reputasi yang besar,” kata Luke Granna.
Keystone Markup
Semakin terkenalnya sebuah brand memang akan berbanding lurus dengan semakin banyaknya pengguna produk tersebut. Oleh karena itu, berapapun harga yang dicantumkan ke sebuah produk, akan tetap dibeli oleh para pecintanya. Kasus ini bisa dilihat seperti contoh iPhone di atas. Walaupun dijual dengan harga belasan juta rupiah, Apple tetap bisa menjual produknya secara laris manis karena memang sudah memiliki pasar sendiri.
Forbes pernah ‘membocorkan’ sebuah rahasia bagaimana sebuah brand bisa mendapatkan profit yang besar, yakni dengan melakukan keystone markup price. Sederhananya, itu merupakan sebuah cara untuk melipatgandakan sebuah harga barang sebelum menuju langsung ke pelanggan. Bahkan, dalam kasus perhiasan atau barang mewah harga bisa naik mencapai 5 kali lipat.
Contohnya, Anda memiliki sebuah produk jam tangan mewah. Produk tersebut tidak langsung dijual kepada konsumen melainkan menuju ke pihak retailer terlebih dahulu. Jadi, misalnya, harga dari produsen Rp. 1 juta bisa meningkat hingga Rp. 2 juta ketika tiba di pihak kedua. Harga tersebut bisa kembali naik apabila dioper kepada pihak ketiga, yakni dropshipper atau reseller. Inilah yang membuat produk bisa naik berkali-kali lipat.
Prestisius
Setiap brand berlomba-lomba untuk memperkenalkan produk mereka ke pangsa pasar yang lebih luas. Mereka ingin menciptakan sebuah produk yang ‘dipuja’ oleh konsumen. Perhatikan, Nike, Channel hingga Adidas, brand-brand tersebut mematok harga yang ‘gila’ di setiap produknya. Kenapa? karena menciptakan sebuah produk yang prestisius atau bergengsi sehingga konsumen sangat bangga ketika menggunakannya.
Jika seorang konsumen sudah sangat menyukai produk tertentu, mereka tidak akan segan mempromosikan produk tersebut secara gratis. Kekuatan ‘word of mouth’ inilah yang membuat tingkat prestisius sebuah produk akan terus bertambah. Layaknya hukum alam, semakin besar brand equity akan membuat harga produk tersebut juga akan meningkat dan konsumen tidak bermasalah dengan mengeluarkan uang lebih untuk membelinya.
Ada beberapa cara agar produk Anda bisa dianggap prestisius, salah satunya adalah dengan membuat produk tersebut secara limited atau terbatas. Sebuah bisnis baju asal kota Yogyakarta, Dreambirds, berhasil menggunakan strategi tersebut. Mereka tidak menjual sebuah baju dengan jumlah yang banyak sehingga konsumen merasa tertantang untuk memiliknya terlebih duluan dibandingkan orang lain.
Sebuah brand produk terkenal tidak dibangun dalam satu malam sebab dibutuhkan konsistensi, kerja keras dan tekad kuat dalam membangun ‘kerajaan’ bisnis.
Baca Juga: Word Of Mouth Gratis, Kenapa Pebisnis Lebih Pilih Iklan Berbayar?
- Kwitansi Pembelian Barang: Pengertian dan Contohnya - Desember 15, 2024
- Procurement: Definisi dan Jenisnya yang Wajib Dipahami Business Owner - Desember 6, 2024
- Promo Double Miles Untuk UNIVERSECARD Diperpanjang, Cek di Sini! - November 20, 2024