Apakah sebuah bisnis akan berjualan produk & strategi yang sama terus-menerus? Jawabannya tidak. Setiap business owner terus berinovasi untuk membuat perusahaan mereka bertahan di tengah zaman yang terus berubah. Salah satu langkah yang dilakukan adalah pivot.
Dalam bisnis, pivot adalah langkah strategis yang diambil manajemen untuk mengubah arah bisnis. Biasanya, ini dilakukan dengan mengganti atau mencoba untuk berjualan produk yang baru. Langkah ini diambil untuk memenuhi tren konsumen yang berubah. Ini dialami oleh setiap perusahaan di dunia, termasuk perusahaan-perusahaan B2B. Tidak jarang mereka mengambil langkah jauh dengan berjualan produk yang berseberangan. Tentunya, kamu pasti penasaran perusahaan mana saja yang melakukan pivot. Serta, strategi apa yang mereka lakukan hingga berhasil?
1. Amazon: Dari Jual Buku Hingga Punya Marketplace & Cloud Storage Sendiri
Kalau kamu sering belanja di marketplace luar negeri, kamu pasti familiar dengan Amazon. Perusahaan yang didirikan oleh Jeff Bezos ini tidak hanya marketplace saja, tapi juga cloud storage. Tapi, tidak ada yang menyangka jika Amazon awalnya berjualan buku.
Didirikan pada tahun 1995, Amazon awalnya hanya sebuah toko buku online dengan tagline Toko Buku Terbesar di Dunia. Hingga 1997, Amazon cukup dikenal oleh banyak orang dan menjual 2,5 juta judul buku. Namun, semuanya berubah ketika Amazon sudah go public.
Persaingan dengan toko buku Barnes & Noble (Toko Buku Amerika), membuat Jeff memutar otak. Selain itu, tren belanja masyarakat Amerika mulai bergeser ke online. Untuk itu, Jeff melakukan pivot dengan membuat marketplace.
Hasilnya, Amazon mendulang keuntungan 2x lipat di tahun pertamanya. Selain Jeff juga melihat adanya peluang di bidang cloud storage, dimana banyak perusahaan mulai beralih ke digital.
Untuk itu, Jeff mendirikan Amazon Web Services (AWS) di tahun 2006. Kini, AWS menjadi salah satu penyedia layanan cloud terbesar di dunia dan menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi Amazon.
Kedua contoh di atas menunjukkan bahwa Amazon berhasil dengan melakukan pivot ketika mereka dapat mengidentifikasi peluang baru dan merespons perubahan dalam tren pasar. Hal ini membutuhkan inovasi, fleksibilitas, dan kesiapan untuk mengambil risiko.
Baca juga: Cara Starbucks Raih Hati Pelanggan Menggunakan 3 Trik Psikologi Marketing Ini
2. Slack: Dari Game, Berubah Jadi Aplikasi Komunikasi Kerja
Siapa sangka, Slack yang sekarang dikenal akan aplikasi komunikasi antar karyawan untuk bekerja, awalnya adalah perusahaan game. Awalnya, Slack bernama Tiny Speck dan membuat game komputer bernama Glitch.
Meski dimainkan oleh 150.000 pemain, penjualannya tidak dapat menutupi modal operasional bisnis. Sehingga, Tiny Speck akhirnya ditutup pada tahun 2012. Namun, Slack melihat ada salah satu fitur yang disukai oleh banyak pemain, fitur chatting-nya.
Berawal dari ketidakmampuan Internet Relay Chat (IRC) untuk mengakomodir para pemain Glitch, Slack akhirnya membuat fitur chat sendiri. Hasilnya, banyak orang menyukainya dan menginspirasi Slack untuk mengembangkannya menjadi aplikasi komunikasi untuk bekerja.
Hasilnya, muncullah Slack pada tahun 2013. Ternyata, banyak orang menyukainya dan merasa terbantu dengan keberadaan Slack. Salah satu alasannya, Slack punya fitur untuk membuat room khusus untuk chatting sesuai divisi masing-masing. Fitur integrasinya juga sangat membantu para karyawan untuk pekerjaannya. 6 tahun setelah diluncurkan, mereka go public pada tahun 2019 dan sudah digunakan 32,3 juta orang di seluruh dunia hingga September 2023 menurut Demand Sage.
3. Siemens: Dari Pembangkit Listrik Uap ke Tenaga Angin & Otomasi Untuk Manufaktur
Pada awalnya, Siemens dikenal sebagai produsen peralatan pembangkit listrik konvensional seperti turbin gas dan uap. Namun, dengan berkembangnya kesadaran akan perubahan iklim dan kebutuhan akan sumber energi yang lebih bersih, Siemens melakukan pivot strategis ke energi terbarukan. Mereka mulai mengembangkan dan memasarkan turbin angin, panel surya, dan teknologi terbarukan lainnya.
Contoh nyata dari diversifikasi ini adalah ketika Siemens memenangkan kontrak besar untuk proyek pembangkit listrik tenaga angin di berbagai belahan dunia, termasuk Amerika Serikat dan Eropa. Dengan bergerak ke arah energi terbarukan, Siemens tidak hanya mengikuti tren pasar, tetapi juga membantu mengurangi dampak lingkungan dengan menyediakan solusi energi yang lebih bersih.
Selain itu, Siemens juga memasuki sektor otomasi industri, di mana mereka menyediakan teknologi otomasi dan solusi manufaktur cerdas untuk perusahaan-perusahaan di berbagai sektor. Hal ini memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan produktivitas.
Melalui diversifikasi produk dan fokus pada teknologi yang berkelanjutan, Siemens telah berhasil tetap menjadi pemimpin dalam berbagai sektor industri dan terus beradaptasi dengan perubahan dalam tuntutan pasar global. Diversifikasi ini membantu mereka tetap relevan dan berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan ekonomi.
Baca juga: Menakjubkan, Burger King Buat Campaign Mengajak Orang Untuk Beli McDonald’s
Sebenarnya, masih banyak perusahaan B2B lainnya yang berhasil melakukan pivot dan menginspirasi banyak orang. Tapi, ketiga contoh di atas melakukan hal yang sama:
- Paham akan tren dan bergerak cepat.
- Memanfaatkan hal disukai banyak orang.
- Kedua hal ini membuat Slack, Siemens dan Amazon akhirnya berhasil menggaet lebih banyak konsumen. Tentunya, tren konsumen membuat mereka melihat tren apa yang akan terjadi.
- kedepannya dan langsung bergerak cepat.
Ini menjadi sebuah langkah besar yang membuat mereka bertahan hingga sekarang. Tapi, bukan tidak mungkin jika mereka bisa saja membuat produk yang jauh dari apa yang mereka jual sekarang kan?
Tentunya, business owner harus selalu siap berubah sesuai dengan keadaan zaman. Ini juga dilakukan oleh J&T Cargo, Kopi Kenangan dan Sec Bowl. J&T Cargo dan Kopi Kenangan menggunakan Paper.id untuk pengelolaan invoice mereka. Dari yang awalnya berhari-hari, mengelola ribuan invoice kini menjadi lebih cepat.
Begitu juga dengan Sec Bowl, salah satu brand rice bowl terkemuka yang didirikan Rius Vernandes. Ia memanfaatkan fitur PaperPay Out, bayar supplier tanpa mesin EDC. Dengan begitu, tempo pembayaran bisa diperpanjang, sehingga cash flow lebih lancar. Apakah kamu masih mengelola invoice atau pembayaran secara manual? Gunakan Paper.id dan digitalisasi operasional bisnis sekarang, ini gratis! Yuk, nikmati manfaatnya!
- Product Update: Langsung Konversi Invoice dari Accurate ke Paper.id, Kelola Dokumen Makin Lancar! - Oktober 28, 2024
- Perbedaan Faktur dan Invoice dalam Bisnis, Apa Saja? - Oktober 23, 2024
- Kenali AP & AR Automation yang Mampu Tingkatkan Bisnis Lebih Pesat - Oktober 23, 2024