Dunia digital terlalu terpusat di Amerika Serikat, tepatnya di Silicon Valley dimana perusahaan start up raksasa berkumpul. Mulai dari Facebook, Snapchat hingga Microsoft, hampir seluruh perusahaan rintisan unicorn berada di wilayah tersebut. Tak ayal, Amerika Serikat memang kerap kali dikatakan sebagai surga startup dunia padahal ada beberapa negara lain yang berpotensi bisa menyalip dominasi Negeri Paman Sam.
Fukuoka, sebuah wilayah di Jepang, mengalami perkembangan signifikan dalam hal perusahaan startup. Setiap tahunnya, selalu ada peningkatan lebih dari 7% dan diperkirakan akan terus bertambah seiring terus majunya teknologi digital. Menurut the economist, Fukuoka menjadi kota yang paling maju dibandingkan 21 wilayah lainnya yang berada di Jepang, mengalahkan Osaka dan Tokyo.
Baca juga : Klasik, Inilah Masalah Finansial Yang Kerap Dialami Startup Indonesia!
Bukan hanya di Jepang, beberapa negara lain yang dijuluki sebagai surga startup dunia adalah India, China, Inggris dan juga Indonesia. Di tanah air sendiri, perusahaan start up mengalir seperti air yang deras. Tak terhenti, selalu ada saja yang berdiri di setiap bulannya. Iming-iming mendapatkan dana valuasi tidak terbatas dari pihak pengembang menjadi salah satu motivasinya.
Akan tetapi, perkembangan beberapa negara di atas ternyata masih kalah dengan Estonia. Negara yang berada di dekat Rusia dan Latvia tersebut mencatatkan sebuah rekor yang mengagumkan. Bahkan, karena evolusi perusahaan rintisan yang semakin ‘menggila’, Estonia dijuluki sebagai Silicon Valley dari Baltik (negara pecahan Uni Soviet yang berada di sekitaran Laut Baltik).
Estonia, Surga Startup Dunia
Estonia memang tidak terlalu terdengar di dunia digital. Hingga pada akhirnya, Skype meledak menjadi salah satu perusahaan rintisan yang berlabel unicorn (julukan startup dengan valuasi 1 juta dollar). Didirikan pada tahun 2003, Skype memang baru merambah Estonia dan paling jauh di Eropa. Akan tetapi, semuanya berubah pada tahun 2011. Kala itu Bill Gates bersama dengan Microsoft mengakuisisi Skype dengan biaya mencapai 8,3 juta dollar.
Dalam sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Wired, diketahui juga jika Estonia merupakan negara terbesar kedua di dunia yang sangat melek akan internet. Bukan hanya digunakan untuk berselancar di dunia maya, masyarakat di kawasan Baltik tersebut mencari cara bagaimana cara menggunakan dunia digital sebagai sumber dari masa depan. Terbukti, saat ini, Estonia hanya kalah dari Amerika Serikat dalam hal perkembangan teknologi.
Perkembangan dunia digital ini memang sangat didukung oleh Pemerintah Estonia. Sebab, sejak tahun 2006 silam, Estonia memberikan WIFI gratis kepada seluruh masyarakatnya. Tidak hanya di setiap rumah, akan tetapi juga di tempat bermain, pantai, restoran hingga tempat umum lainnya.
Pemanfaatan Dunia Digital
“Di malam hari, ketika orang Prancis suka minum wine dan orang Jerman berkumpul bersama teman-temannya meminum bir, warga di Estonia lebih suka duduk di bangku dan menatap laptopnya. Mereka lebih suka berselancar di dunia maya dan mengobrol bersama temannya melalui gadget,” ungkap seorang eksekutif perusahaan telekomunikasi Estonia seperti yang dilansir dari Tirto.
Dari pernyataan tersebut, dapat Anda lihat jika Estonia memang sangat memanfaatkan teknologi digital. Berawal dari hal kecil tersebut, warga di sana mampu menciptakan hal yang besar. Terhitung, sudah ada lebih dari 200 startup yang mulai berkembang pesat disana, empat diantaranya kini sudah termasuk sebagai unicorn.
Keberadaan perusahaan startup tersebut terbukti membantu gaya hidup warga di Estonia yang sangat dinamis. Contohnya, penggunaan E-banking dan fintech di Estonia merupakan yang terbesar ketiga di dunia. Selain itu, surga startup dunia tersebut juga sukses menghemat anggaran pemerintah mencapai 200 ribu dollar Amerika Serikat lantaran telah mengubah bentuk dokumen kertas menjadi digital.
Dikarenakan digitalisasi yang dilakukan negara tersebut, Estonia juga seringkali disebut sebagai E-stonia (merujuk dari kata E-mail dan E-Commerce).
Bukti Estonia Adalah E-stonia
Hingga Oktober 2018 ini, tercatat ada lebih dari 230 perusahaan startup di Estonia yang mana empat diantaranya telah berstatus sebagai unicorn. Mereka adalah Skype, Playtech, Transferwise dan Taxify. Lebih lanjut, banyak sekali perusahan rintisan di Estonia yang cukup unik. Bahkan, pemerintah setempat sempat membuat program pencoblosan pemilihan Presiden baru secara online.
Pada 2014 silam, Pemerintah Estonia juga sempat membuat E-residency sejenis seperti KTP digital. Dengan adanya tanda identitas ini, siapapun (orang asing) bisa mendapatkan hak kesejahteraan yang sama di negara tersebut. Membayar 1,6 juta rupiah (kurs Indonesia), Anda sudah bisa mendapatkan hak yang sama di Estonia, salah satunya adalah ijin mendirikan bangunan start up di sana. Cukup menarik bukan?
Baca juga: Fundraising vs Bootstrapping: Mana yang Terbaik untuk Startup?
Kenapa Estonia membiarkan orang asing menjadi warga mereka? sebab, mereka bisa mendapatkan keuntungan dari hasil pajak. Lebih lanjut, sistem pembayaran pajak di negara tersebut ternyata juga sudah digital. Tak perlu repot lagi antri di kantor cabang setempat, setiap orang bisa membayarnya melalui online. Pemerintah setempat mengatakan kemudahan pembayaran tersebut membuat seseorang hanya membutuhkan 3 menit untuk bayar pajak.
Kemajuan pesat yang dialami perusahaan startup di Estonia memang segaris lurus dengan pendanaan dari investor. Terhitung sejak tahun 2016, pendanaan mereka selalu merangkak naik. Mulai dari hanya 106 juta dollar, kemudian naik dua kali lipat mencapai 245 juta dollar pada tahun 2017. Di tahun 2018 ini, investasi yang sudah didapatkan kembali menggelembung hingga 272 juta dollar. Tren ini sepertinya akan terus meningkat hingga 2020 mendatang.
- Procurement: Definisi dan Jenisnya yang Wajib Dipahami Business Owner - Desember 6, 2024
- Promo Double Miles Untuk UNIVERSECARD Diperpanjang, Cek di Sini! - November 20, 2024
- Terbatas! Promo Spesial Tokopedia, Bayar Invoice Double Untungnya! - November 16, 2024