Bisa mencapai tahap IPO (Initial Public Offering) adalah mimpi dari banyak perusahaan, khususnya dalam persaingan startup yang begitu kompetitif. Berita tentang bisnis yang berhasil mencapai tahap ini selalu menjadi topik perbincangan yang ramai ketika terjadi. Pasalnya, untuk bisa bertahan sebagai perusahaan rintisan atau privat saja sudah tidak mudah, apalagi bisa menghasilkan keuntungan yang stabil sehingga dapat memutuskan untuk menjadikannya perusahaan publik serta meluncurkan saham. Makanya, momen ini sering juga disebut sebagai momen saat perusahaan “go public”.
Yang Kamu Perlu Tahu Tentang IPO
Kenapa, sih, mampu menjual saham kepada khalayak umum untuk pertama kalinya jadi suatu pencapaian yang begitu besar? Untuk memahaminya, kamu perlu paham terlebih dahulu tentang apa itu IPO sendiri.
Menurut Kompas, IPO adalah penawaran saham perusahaan swasta kepada publik untuk pertama kalinya. Ini berarti, masyarakat umum kini bisa membeli saham perusahaan tersebut.
Namun, tentu saja melakukannya tidak mudah. Mengutip Fortune IDN, secara garis besar ada paling tidak 4 syarat untuk perusahaan bisa IPO, yaitu:
1. Memenuhi syarat akuntansi dan keuangan
Yang dimaksud dengan syarat akuntansi dan keuangan adalah perusahaan telah beroperasi minimal satu tahun. Lalu, perusahaan tersebut juga harus sudah punya pengelolaan laporan keuangan yang rinci dan lengkap.
2. Tidak mengalami kerugian dalam dua tahun terakhir
Agar dapat diakui sebagai bisnis yang sehat sehingga dapat IPO, sebuah perusahaan harus punya track record yang positif tanpa kerugian dalam jangka waktu yang cukup lama, yaitu minimal 2 tahun. Bukti tersebut menandakan bahwa perusahaan telah beroperasi dengan cara yang tepat dan dikemudikan oleh orang-orang yang kompeten pula.
3. Memiliki struktur kepemimpinan yang jelas
Yang paling mendasar, perusahaan harus tercatat di badan hukum sebagai usaha yang legal dalam bentuk badan usaha PT (Perseroan Terbatas). Tentunya, perusahaan juga diwajibkan punya struktur organisasi yang jelas dan tersusun rapi.
4. Memenuhi batas minimal saham IPO
Untuk bisa IPO, batas minimal saham yang dijual ke publik adalah 150 juta lembar. Selain itu, ada pula jumlah minimal pemegang saham yaitu 500 orang.
Jelas sekali dari persyaratan sulit tersebut bahwa tidak bisa sembarang perusahaan bisa menjual sahamnya. Oleh karena itu, bisnis yang bisa melakukan hal ini dianggap hebat.
Nah, ketika saham sudah dijual ke publik untuk pertama kalinya, apakah ini berarti bisnis akan hanya terus melejit dan berkembang jauh lebih pesat dari sebelumnya? Sebenarnya, tidak juga.
Sebagai pebisnis, kamu harus tahu bahwa IPO bukan hanya merupakan peluang, tetapi bisa juga menjadi bumerang jika tidak hati-hati. Maka dari itu, sebelum membuat keputusan ini, kamu harus bisa menimbang matang-matang apakah bisnismu sudah benar-benar siap.
Yuk, pelajari apa saja kelebihan dan kekurangan saat bisnismu sudah go public. Lalu, simak juga pertimbangan apakah sebaiknya perusahaanmu melakukannya juga atau tidak berikut ini.
Baca Juga: Startup Unicorn, Perusahaan Rintisan yang Bernilai Belasan Triliun Rupiah
Kelebihan IPO
1. Meningkatkan kapasitas bisnis
Pada dasarnya, membuat perusahaan go public merupakan upaya perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya lebih besar lagi. Pasalnya, dengan melepas sejumlah saham untuk dibeli publik, perusahaan bisa meningkatkan modal ekuitasnya.
Dengan modal yang lebih besar, perusahaan jadi punya kemampuan lebih untuk melakukan riset dan pengembangan, melunasi utang-utangnya, menambah aset, maupun yang lainnya.
Salah satu kisah yang sukses adalah perusahan Alibaba asal Tiongkok. Menurut Investopedia, sebuah rekor terpecahkan saat Alibaba merilis sahamnya untuk publik. IPO di tahun 2014 ini berhasil tercatat sebagai salah satu IPO terbesar dengan total hingga 25 miliar dolar AS. Berkat itu, Alibaba dapat berkembang dan bersaing di pasar Amerika Serikat dan Eropa sehingga meraup keuntungan yang lebih besar lagi.
2. Mendapatkan atensi publik
Seperti yang sudah Paper.id sebutkan dalam pembuka, bisnis yang mengumumkan perilisan sahamnya sering kali jadi perhatian. Perhatian publik ini meningkatkan awareness terhadap perusahaan.
Dalam dunia bisnis, publisitas umumnya merupakan hal yang positif karena dengan itu ada pelanggan potensial yang bisa saja jadi terpapar informasi terkait perusahaan. Pada akhirnya, akan lebih banyak lagi market share yang bisa dicakup oleh bisnis.
Kendati dua keuntungan menggiurkan tersebut, IPO juga bisa membuat bisnismu mengalami kesulitan.
Kekurangan IPO
1. Kehilangan sedikit kendali bisnis
Saat perusahaanmu sudah IPO, sejumlah sahamnya dilepas ke publik. Ini berarti, kamu harus siap kehilangan sejumlah kendali atas perusahaan. Pasalnya, kepemilikan saham berarti juga kepemilikan perusahaan sebesar saham yang dimiliki. Bagi beberapa pebisnis, hal ini tidak mudah untuk diterima.
Salah satu cara untuk mempertahankan kendalimu sebagai pemilik bisnis saat sudah IPO adalah dengan membagi pemegang saham ke dalam beberapa kelas. Sebagai contoh, buat kelas A dan kelas B.
Kelas A adalah kelompok pemegang saham yang punya kekuatan lebih dibanding kelas B. Misalnya, setiap satu saham yang mereka miliki, mereka punya nilai suara 10 untuk keputusan bisnis. Sementara, kelas B hanya punya nilai 1 untuk setiap suaranya. Strategi ini membuat takeover bisnis yang tidak diinginkan menjadi lebih sulit, sehingga pemilik tetap punya wewenang yang besar.
Strategi ini digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Facebook/Meta dan LinkedIn, lho.
2. Risiko bisnis meningkat
Risiko bisnis dapat meningkat saat perusahaan go public. Pasalnya, kini ada semakin banyak pihak yang terlibat dalam bisnismu. Akan jadi ada lebih banyak kendala, misalnya risiko ketidakpuasan dari sisi para pemegang saham, risiko terkait regulasi, compliance, dan masih banyak lagi. Jika ingin IPO, kamu sebagai pemilik perusahaan harus mempersiapkan mental dan strategi untuk menanggulangi permasalahan ini.
3. Harus transparan
Saat sudah menjadikan perusahaanmu publik, kamu harus selalu menginformasikan laporan keuangan perusahaan. Informasi ini wajib dapat diakses oleh publik. Jika performa bisnis baik, sebetulnya hal ini bisa jadi menarik bagi calon investor karena menunjukkan bahwa kamu bisnis yang menjanjikan. Namun, jika sebaliknya, kamu bisa kehilangan calon investor maupun yang sudah ada saat ini.
Baca Juga: From Small Venture to Coffee Empire: Franchise Kopi Kenangan
Lebih Baik IPO atau Tidak?
Ada banyak pertimbangan yang harus dipikirkan perusahaan sebelum memutuskan untuk IPO atau tidak. Secara umum, IPO seharusnya memberikan dampak baik bagi perusahaan, sehingga tidak ada salahnya untuk beranjak menjadi perusahaan terbuka.
Akan tetapi, perlu digarisbawahi bahwa keputusan ini harus dibuat ketika perusahaan sudah benar-benar siap, alias telah mampu membuktikan kestabilan performa bisnis yang baik dan memiliki tenaga kerja yang ahli untuk terus menjaga keberlangsungan perusahaan.
Dengan begitu, ketika saham sudah dirilis dan dibeli oleh publik, kamu sebagai pemilik perusahaan bisa bertanggung jawab atas kepercayaan mereka dan menunjukkan hasil yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Paling tidak, kamu harus melihat apakah bisnismu sudah memenuhi minimal 4 persyaratan yang sudah ditentukan seperti yang sudah disebutkan di awal. Kemudian, menurut IDX, ada beberapa hal yang perlu kamu tanyakan pada diri sendiri terkait bisnismu sebelum IPO:
1. Berapa kisaran dana yang dibutuhkan perusahaan dari IPO?
Karena salah satu tujuan untuk go public adalah untuk mendapatkan dana bisnis yang lebih besar, kamu nantinya harus bisa mengukur seberapa berhasil strategi ini. Dengan menetapkan angka tertentu, kamu juga dapat membuat strategi yang sesuai dengan bisnismu.
2. Berapa persentase kepemilikan publik maksimal yang diinginkan pemegang saham pendiri?
Tentu saja, sebuah bisnis tidak bisa melepas keseluruhan sahamnya. Umumnya, pemegang saham pendiri tetap ingin mengendalikan perusahaan. Untuk itu, mereka perlu mempertahankan persentase yang dimiliki dan melepaskan sisanya untuk dibeli publik.
3. Adakah ketentuan khusus?
Cari tahu apakah ada ketentuan perizinan khusus yang perlu kamu pahami dan tindaklanjuti sebelum IPO agar tidak terjadi kendala di waktu mendatang. Pastikan perusahaanmu dapat menyanggupinya.
4. Adakah permasalahan hukum?
Pastikan perusahaanmu terbebas dari permasalahan hukum. Pasalnya, isu seperti ini dapat mengganggu usaha dan tentunya juga berdampak pada proses IPO.
5. Apakah perubahan susunan perusahaan sesuai dengan visi bisnis?
Direksi dan/atau komisaris perubahan bisa perlu berubah saat bisnismu sudah jadi publik. Pahami struktur seperti apa yang paling efektif dan sesuai dengan visi bisnismu kedepannya.
Pada dasarnya, keputusan untuk IPO atau tidak kembali lagi pada masing-masing bisnis. Yang penting, keputusan ini tidak dibuat hanya karena bisa IPO terlihat keren saja, melainkan bisnismu memang optimis untuk mengembangkan performanya.
Jika ini merupakan impian bisnismu juga, yuk, mulai menata bisnis dari sekarang! Seperti yang sudah kamu pahami, bisa menjalankan bisnis yang baik hingga bisa mencapai titik tersebut butuh cash flow yang kuat. Seperti hal ini bisa diperkuat dengan akuntansi dan pencatatan yang baik serta invoicing yang bagus. Memang, mencatat itu semua tidak mudah, apalagi jika harus menggunakan kertas yang bertumpuk-tumpuk.
Namun, tak perlu khawatir, karena ada Paper.id yang siap menjadi rekanmu dalam mengelola bisnis.
Platform Paper.id menyediakan layanan invoicing, pembayaran digital, dan akuntansi dasar yang gratis untukmu secara digital. Jadi, kamu tak perlu lagi pusing mengelola dokumen perusahaan secara tradisional.
Yuk, cek fitur-fitur lengkapnya dan daftarkan bisnismu ke Paper.id sekarang!
- Year-End Promo dari Paper.id, Meriah Penuh Hadiah! - November 20, 2024
- 5 Aplikasi Terbaik untuk Cek Skor Kredit bagi Pebisnis Tahun 2024 - November 15, 2024
- Pakai Paper Virtual Card, Bonus 2000 Miles dan E-Voucher MAP Rp200.000! - November 11, 2024