82% bisnis gagal karena perkara yang terdengar sederhana, yaitu cash flow. Tidak percaya? Data ini dipaparkan oleh U.S. Bank berdasarkan sebuah studi oleh Jessie Hagen.
Tidak berlebihan jika Score menyebutkan bahwa ini adalah alasan nomor 1 kenapa bisnis khususnya skala kecil hingga menengah gagal dalam perjalanannya.
Mungkin, saat ini kamu merasa bisnismu baik-baik saja karena bisa terus berjalan. Akan tetapi, bisa jadi ada masalah yang tidak kamu sadari atau mengerti yang sewaktu-waktu bisa tiba-tiba memberikan dampak negatif yang besar bagi bisnismu. Tentunya, tidak ingin itu terjadi, ‘kan?
Tenang, Paper.id telah merangkum bagaimana cara mudah mengukur sehat atau tidaknya cash flow bisnismu dalam artikel ini. Makanya, yuk, simak dan catat baik-baik!
Belajar dari Nike, Nyaris Bangkrut Karena Cash Flow
Nike, perusahaan ritel yang terkenal di seluruh dunia dengan produk-produk olahraganya seperti tidak ada matinya. Selalu banyak peminat, terkadang tidak terbayangkan bahwa perusahaan besar inni pun pernah mengalami masalah cash flow.
Nike bermula di tahun 1962 dengan pendanaan sebesar 3000 dolar AS dari First National Bank of Oregon. Sang founder yang cerdas yakni Phil Knight mampu mengembangkan Nike hingga mampu menghasilkan revenue sebesar 150.000 dolar AS di tahun 1968, alias dalam 6 tahun saja.
Dengan penjualan yang meroket, Knight mulai merasakan kesulitan untuk menyeimbangkan supply dan demand bisnisnya. Akibat tempo pembayaran yang singkat dari supplier, Nike merasakan sulitnya mengelola cash flow yang sehat.
Tiba-tiba saja, keuangan jadi terasa sesak tanpa disadari sebelum nyaris terlambat.
Saat harus membayar supplier-supplier-nya, ia pun butuh kas untuk tetap memastikan operasional bisnisnya hidup. Tentu, ini tidak mudah.
Untuk memenuhi utang-utangnya, Knight menjual inventory bisnis dan malah memasok barang dua kali lebih banyak agar dapat berkembang lebih besar lagi.
Meski pada akhirnya mendapatkan pendanaan di tahun-tahun selanjutnya dan menjadi bisnis raksasa seperti yang kita kenal saat ini, kecerdikan dan keberuntungan Knight tidak pasti terjadi bagi semua business owner di dunia.
Lebih sering, bisnis justru terus-terusan terlilit cash flow yang macet dan pada akhirnya bangkrut. Apalagi, jika pebisnis tidak punya aset untuk “dikorbankan” seperti yang dilakukan oleh Knight.
Nah, oleh karena itu, bagaimana cara mengetahui cash flow bisnis sehat atau tidak sebelum terlambat dan harus mengerahkan semuanya untuk menyelamatkan usaha?
Cara Mengukur dan Menilai Sehat atau Tidaknya Cash Flow Bisnis
1. Menghitung kas lancar (current ratio)
Rasio ini menunjukkan kemampuan bisnismu dalam membayar utang-utang jangka pendek (jatuh tempo dalam 1 tahun atau kurang) menggunakan kas yang dimiliki. Semakin tinggi rasio kas lancar, maka semakin sehat arus kas bisnismu.
Rasio kas lancar dihitung dengan membandingkan total kas dan setara kas (seperti investasi jangka pendek dan piutang usaha) dengan total utang jangka pendek yang harus dibayar dalam waktu dekat.
Misalnya, bisnis kamu punya total kas dan setara kas sebesar Rp 1 miliar dan total utang jangka pendek sebesar Rp 500 juta. Maka, rasio kas lancar (current ratio) bisnis kamu adalah:
Rasio kas lancar = Total kas dan setara kas / Total utang jangka pendek
= Rp 1 miliar / Rp 500 juta
= 2
Artinya, bisnismu punya rasio kas lancar sebesar 2 (termasuk lancar karena pada umumnya rasio kas lancar yang baik berkisar antara 1,5 hingga 2,0), yang berarti memiliki kas dan setara kas dua kali lipat lebih banyak daripada utang jangka pendek yang harus dibayarkan dalam waktu dekat.
Baca Juga: 4 Pengaruh Penggunaan Virtual Account Terhadap Cash Flow Bisnis
2. Melihat arus kas operasi (operating cash flow)
Ini adalah jumlah uang yang dihasilkan dari aktivitas operasional bisnis kamu dalam periode tertentu, bisa perbulan atau pertahun. Arus kas operasi dapat dihitung dengan mengurangkan biaya-biaya operasional dari pendapatan operasional bisnis.
Misalnya, bisnismu punya pendapatan operasional sebesar Rp 10 miliar dan biaya-biaya operasional sebesar Rp 7 miliar dalam satu tahun. Maka, arus kas operasi bisnis kamu dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
Arus kas operasi = Pendapatan operasional – Biaya-biaya operasional
= Rp 10 miliar – Rp 7 miliar
= Rp 3 miliar
Artinya, bisnis kamu menghasilkan arus kas operasi sebesar Rp 3 miliar dalam satu tahun tersebut. Jika arus kas operasi bisnis kamu positif, artinya bisnismu menghasilkan keuntungan dan memiliki arus kas yang sehat.
3. Menganalisis arus kas bebas (free cash flow)
Sederhananya begini, free cash flow merupakan arus kas yang tersedia untuk diinvestasikan atau dibagikan kepada pemegang saham setelah memenuhi kebutuhan operasional dan investasi jangka panjang bisnis.
Semisal, jika bisnismu menghasilkan arus kas operasi sebesar Rp 500 juta per tahun, dan kamu mengeluarkan biaya operasional sebesar Rp 300 juta serta melakukan investasi jangka panjang sebesar Rp100 juta, maka arus kas bebas bisnismu adalah Rp 100 juta.
Nah, berarti dari hitungan tersebut menunjukkan bahwa bisnis kamu memiliki kelebihan kas sebesar Rp 100 juta yang dapat digunakan untuk mengembangkan bisnis di masa depan atau membagikan dividen kepada pemegang saham.
4. Menghitung Cash Conversion Cycle (CCC)
Cash Conversion Cycle (CCC) atau Siklus Konversi Kas adalah metrik yang mengukur seberapa cepat perusahaan bisa mengubah investasinya dalam persediaan dan sumber daya lainnya menjadi kas dari penjualan.
CCC dihitung dengan menjumlahkan periode waktu yang dibutuhkan untuk menjual persediaan, mengumpulkan piutang dari penjualan tersebut, dan membayar utang usaha.
Sederhananya, rumus untuk menghitung CCC adalah sebagai berikut:
CCC = DIO + DSO – DPO
Keterangan:
- DIO (Days Inventory Outstanding): Rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk menjual persediaannya.
- DSO (Days Sales Outstanding): Rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk menagih piutangnya.
- DPO (Days Payable Outstanding): Rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk membayar hutang dagangnya.
Sebagai pemilik bisnis, penting banget lho untuk tahu nilai CCC (Cash Conversion Cycle) dan menjaga cash flow tetap lancar. Jangan khawatir, di Paper.id kini kamu bisa pantau semuanya dengan mudah. Apalagi kamu tinggal masukin data yang diperlukan ke dalam kalkulator keuangan dengan gampang!
Cukup klik tombol di bawah ini dan masukkan data yang dibutuhkan ke dalam kalkulator keuangan online. Selamat! Sekarang kamu bisa menganalisis hasilnya dan dapatkan rekomendasi yang bermanfaat!
Baca Juga: Tips Mengatur Tempo Pembayaran Supplier untuk Memperlancar Cash Flow
Kelola Cash Flow Bisnis Lebih Optimal dengan Paper.id
Nah, kamu sudah memahami tentang pentingnya cash flow dan bagaimana cara untuk menilai kesehatannya.
Sekadar mengetahui kondisinya saja tidak cukup, lho. Kamu harus tahu apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kondisinya jika memang menghadapi masalah, atau bagaimana cara untuk membuatnya makin optimal lagi.
Tidak perlu bingung, karena Paper.id punya solusi end-to-end agar business owner sepertimu bisa memaksimalkan usaha dengan cash flow yang lancar.
Di Paper.id, tersedia invoicing digital yang langsung terintegrasi dengan lebih dari 30 metode pembayaran, mulai dari transfer ke begitu banyak opsi bank, Virtual Account, QRIS, marketplace, dan masih banyak lagi. Bahkan, Paper.id juga memungkinkanmu untuk bertransaksi bisnis dengan kartu kredit meski mitra bisnis tidak menyediakan opsinya!
Selain itu, masih ada banyak fitur lainnya yang tidak kalah menarik, seperti financing, pencatatan keuangan sederhana, dan inventory.
Yuk, jelajahi Paper.id dan registrasi dengan klik tombol di bawah ini, gratis!
- Preferred Vendor: Definisi, Manfaat, dan Cara Memilihnya untuk Bisnis - November 21, 2024
- Sejarah, Faktor dan Tips Memantau Pergerakan Harga Bitcoin (BTC) - November 20, 2024
- Jika Skor Kredit Bisnis Sudah Buruk, Bagaimana Cara Memperbaikinya? - November 20, 2024