Sosial media marketing tidak cocok untuk skema B2B? Simak penelitian yang dilakukan oleh Supplygem ini.
Tahukah kamu jika pengguna harian internet itu bisa mencapai 4,4 miliar orang setiap harinya. Jika dikategorikan lebih spesifik, sekitar 3,4 miliar diantaranya merupakan pengguna aktif di sosial media, baik itu facebook maupun instagram.
Perusahaan B2B di dunia, didominasi oleh brand retail, juga sudah mengoptimasi bisnis mereka melalui sosial media. Bahkan, 91% diantara mereka semua memiliki setidaknya 2 sosial media yang berbeda. Hal itu dilakukan karena mereka menyadari dampak besar penjualan secara online.
Secara garis besar, pengguna sosial media memang lebih mudah apabila ditargetkan untuk bisnis B2C karena pelanggan bisa langsung membeli produk yang diinginkan. Di sisi lain, B2B memiliki ‘pemikiran’ yang lebih kompleks dan tidak akan begitu saja membeli produk yang mereka lihat.
Walaupun tidak memberikan hasil signifikan dalam hal penjualan, penggunaan sosial media marketing di dalam B2B juga tetap bisa berdampak positif dalam beberapa hal di bawah ini:
Meningkatkan Brand Awareness
Ada berbagai macam tujuan dalam menggunakan sosial media. Dalam kasus B2B, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan cara meningkatkan citra atau brand awareness di depan pengguna lainnya. Ada berbagai cara untuk melakukan hal tersebut, mulai dari membuat konten yang menggugah ataupun viral campaign.
Dalam media sosial, terdapat beberapa metriks yang menjadi patokan dasar untuk melihat apakah bisnis kamu telah dikenal di kalangan pengguna lain, yaitu:
- Post Clicks
- Page Views
- Traffic Sources
- Time on Site
- Bounce Rate
Data-data yang didapatkan tersebut nantinya bisa diolah sesuai dengan ketertarikan followers di sosial media. Misalnya jika mereka lebih menyukai konten berbentuk infografis dibandingkan lainnya, kamu harus bisa menyediakan konten tersebut secara periodik sambil berharap ada salah satu diantaranya yang viral.
Bertemu dengan Bisnis Lain
Sosial media merupakan cara terbaik untuk menghubungkan sebuah bisnis dengan klien yang prospektif atau juga mengelola hubungan jangka panjang dengan klien tersebut. Dengan adanya jutaan pengguna aktif di sosial media, selalu ada cara-cara ‘unik’ yang mempertemukan kedua pihak tersebut.
Saat ini, sosial media memang merupakan tempat terbaik untuk bertemu dengan klien. Bahkan, ada beberapa perusahaan yang memiliki trafik lebih besar dalam akun media sosialnya dibandingkan dengan trafik websitenya sendiri. Apakah perusahaan kamu salah satunya?
Baca Juga: Pentingnya Quotation dalam Kesuksesan Penjualan B2B
Menghilangkan Kesan ‘Kaku’ B2B
Di jaman sebelum adanya sosial media, perusahaan B2B selalu dianggap memiliki kesan ‘kaku’ dan terlalu formal apabila berhubungan dengan klien. Kesan ‘membosankan’ tersebut perlahan-lahan mulai hilang setelah banyak dari mereka yang mulai mencoba melakukan sosial media marketing.
Penggunaan sosial media memang membuat perusahaan B2B harus mengubah skema penjualannya. Sebab dalam channel tersebut, mereka harus bisa melakukan soft selling kepada klien. Hal itu terjadi karena pengguna di sosial media sangat menyadari hard selling dan itu sangatlah buruk untuk citra bisnis mereka di depan klien.
Salah satu contoh B2B yang sangat kreatif adalah Mail Chimp. Perusahaan otomatisasi pemasaran melalui email ini kerap melakukan hal yang unik dalam membuat konten di instagramnya. Selain itu, ada juga Hubspot yang berhasil menyediakan konten-konten yang cukup menarik banyak klien.
Sosial Media Marketing: Thought Leader
Thought Leader merupakan sebuah ungkapan yang diberikan kepada pemimpin pasar di sebuah bidang bisnis, contohnya adalah Aqua. Tak peduli dengan apapun air yang diminum, kamu pasti akan selalu menyebutnya sebagai Aqua, bukan? Hal itu juga berlaku dalam sosial media.
Para marketer di sosial media ingin sekali mendapatkan cap tersebut dari para penggunanya. Namun untuk menjadi thought leader itu membutuhkan jalan panjang. Lebih lanjut, usia dari bisnis tidak akan menentukan keberhasilan menjadi seorang pemimpin pasar. Tetapi, ide kreatif adalah faktor utamanya.
Beberapa waktu lalu, Forbes menuliskan 5 strategi untuk menjadi pemimpin pasar di dalam sosial media:
- Tentukan tujuan bisnis, edukasi klien kamu dalam menggunakannya.
- Posisikan diri sebagai pencetus dari ide bisnis.
- Perlihatkan kredibilitas di mata klien.
- Buatlah kampanye yang ‘memanusiakan’ brand kamu.
- Jadilah sumber dari produk.
Hemat Budget
Dampak positif terakhir dari penggunaan sosial media marketing adalah menghemat pengeluaran. Sebab, sebuah brand tidak perlu lagi mengeluarkan uang besar untuk menyewa billboard besar di pinggir jalan atau mengiklankan melalui media cetak. Di sosial media, mereka bisa menggunakan ads yang harganya jauh lebih murah.
Fyi, sosial media merupakan salah satu dari sekian banyak channel dalam inbound marketing. Selain melalui sosial media, ada satu lagi channel murah yang digunakan oleh bisnis B2B, yaitu Search Engine Optimization (SEO). Trafik besar dari SEO sudah terbukti membesarkan nama brand-brand di bisnis.
Dari trafik SEO tersebut sebuah perusahaan bisa menghemat anggaran belanja mereka. Bahkan, ada sebuah fakta yang menunjukkan jika beberapa brand di Indonesia berhasil memangkas bujet mereka mencapai 1,6 juta dollar.
Baca Juga: Inbound Marketing: Strategi Promosi ‘Gratis’ Ala Pengusaha Jaman Now
- Product Update: Langsung Konversi Invoice dari Accurate ke Paper.id, Kelola Dokumen Makin Lancar! - Oktober 28, 2024
- Perbedaan Faktur dan Invoice dalam Bisnis, Apa Saja? - Oktober 23, 2024
- Kenali AP & AR Automation yang Mampu Tingkatkan Bisnis Lebih Pesat - Oktober 23, 2024