Bisnis Marketing– 31% pengguna sosial media di instagram akan membeli sebuah produk setelah melihat postingan influencer kesayangan mereka ketika mempromosikan sesuatu. Riset tersebut dilakukan oleh Olapic dengan menggunakan responden yang jumlahnya mencapai 4000 orang.
Power of influencer memang merupakan fenomena yang cukup baru dalam dunia bisnis marketing. Namun dampaknya memang terasa sekali, bukan hanya dalam bentuk penjualan tetapi juga brand awareness, yakni peningkatan followers bisnis dalam sekejap sesuai dengan siapa influencer yang diajak kerjasama.
Sayangnya, ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab mencoba meraih keuntungan dengan menjadi fake influencer. Mereka menggunakan followers palsu ataupun engagement dengan robot sehingga hasilnya tidak sesuai. Contoh paling gampang bisa dilihat dari jumlah followers dengan likes.
Biasanya, fake influencer memiliki jumlah followers yang sangat banyak namun tingkat likes dan comment dalam setiap foto yang mereka unggah sangatlah kecil sekali (di bawah 1%). Namun selain itu, masih ada lagi beberapa perbedaan yang harus kamu perhatikan sebelum melakukan kerjasama:
Rasio Engagement
Untuk menjadi influencer dan mendapatkan endorse dari bisnis-bisnis itu biasanya dilakukan dengan cara menciptakan konten yang menarik. Namun ada pihak-pihak yang memilih jalan pintas dengan melakukan pembelian followers sehingga membuat engagement mereka menjadi seimbang.
Maksudnya, ada sebuah akun bernama “Abdi” memiliki 100 ribu followers. Karena ia membuat konten menarik, rata-rata satu setiap foto yang ia post mendapatkan likes mencapai 30 ribu. Di sisi lain, ada sebuah akun bernama “Anon” yang juga mempunyai 100 ribu followers. Namun setiap foto yang ia unggah ke instagram hanya mendapatkan 30 hingga 100 likes.
Hal itu wajar terjadi karena Anon membeli followers yang mana merupakan akun robot. Biasanya, akun-akun tersebut tidak bekerja secara aktif berbeda dengan milik Abdi yang benar-benar dimiliki oleh seseorang. Itulah kenapa, rasio engagement menjadi hal paling mudah untuk mendeteksi influencer yang sesungguhnya.
Kualitas Engagement
Rasio engagement biasanya dihitung berdasarkan berapa banyak likes yang mereka dapatkan dalam sebuah konten foto. Sama seperti followers, saat ini banyak juga fake influencer yang bisa membeli ‘bom like’ dengan tujuan bisa memperlihatkan analisa yang bagus dalam akun media sosialnya.
Mungkin, fake influencer bisa lewat dari tahap rasio engagement dengan mudah. Akan tetapi, mereka belum tentu bisa melewati tahap kedua, yakni kualitas engagement. Biasanya, kualitas tersebut bisa dilihat dari seberapa banyak komentar yang mereka dapatkan dan relevansinya terhadap gambar atau video yang diposting.
Jika kamu menemukan beberapa komentar seperti “nice, great, good pict, dll” bisa dipastikan itu adalah komentar robot. Dengan kata lain, kualitas dari sebuah engagement yang didapatkan tidaklah bagus dan kemungkinan besar adalah bohong. Bisnis marketing sangat tidak cocok apabila bekerja sama dengan pihak ini.
Biasanya, komentar dari followers asli akan lebih bersifat opini, fakta atau bahkan hujatan. Mendapatkan kritikan di kolom komentar lebih baik dari pada mendapatkan komentar dari bot, bukan? Sebagai contohnya, lihat gambar yang tertera di atas.
Kualitas dari Audiens (Followers)
Dalam beberapa kasus, influencer yang memiliki jumlah sudah besar saja bisa menggunakan robot untuk semakin memperbanyak followers mereka. Jika sudah begitu, kedua cara di atas mungkin tidak akan efektif lagi dilakukan. Kalo sudah begitu, kamu bisa melihatnya dengan cara menyimpulkan kualitas dari audiens sang influencer.
Ada banyak sekali tools yang bisa digunakan melakukan audit dari sebuah akun instagram, salah satunya adalah IG Audit. Singkatnya, tools tersebut dapat membandingkan keaslian sebuah akun dengan cara memindai seluruh followers yang dimiliki. Hasilnya, bisa dilihat seperti gambar di atas.
Jadi, IG Audit akan memindai seluruh hasil followers dari satu akun instagram dan akan membandingkannya ke dalam dua hasil, yakni real account dan fake account. Penghitungan jumlah likes dan comment menjadi hal vital karena akan menentukan seberapa aktif para followers tersebut.
Apabila hasilnya merah seperti yang terlihat di atas, itu berarti keaslian dari akun sebuah instagram kurang dari batas normal.
Jaringan dan Kerjasama
Jika tiga ciri-ciri sebelum lebih melibatkan data, yang terakhir ini sedikit berbeda. Jika kamu ingin bekerja sama dengan seorang influencer, ada baiknya untuk melihat rekam jejak dia. Sejauh ini, apakah dia sudah pernah menerima endorse atau belum dan juga minta impression yang didapatkan apabila bekerjasama nantinya.
Lebih lanjut, jaringan dan kerjasama seorang influencer sangatlah luas. Ada baiknya, kamu juga melihat aktivitas mereka setiap harinya. Misalkan, apakah ia bergaul dengan influencer lainnya atau setidaknya engagement melalui komentar dengan sesama influencer bisa menjadi sinyal kesuksesan ke depannya.
Bisnis marketing bersama dengan influencer hanya akan berhasil jika kamu bekerjasama dengan orang yang tepat. Jangan lupa juga untuk melihat siapakah target pasar kamu dan samakan dengan sosok yang nantiny akan kamu ajak kerjasama. Jangan sampai, kamu endorse seorang selebgram yang berbeda dari target pasar.
Punya komentar ataupun pengalaman unik seputar kerjasama dengan seorang influencer? Tulis di kolom komentar ya!
- Fraud, Istilah Kecurangan yang Sering Terjadi dalam Dunia Bisnis - Januari 29, 2024
- Khusus Pengguna Garuda Indonesia, Gratis Paper+! - Januari 11, 2024
- Contoh Jurnal Akuntansi Keuangan yang Benar - Januari 1, 2024